AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH: ANTARA SUNNAH YANG DIHIDUPKAN DAN KLAIM YANG DIPERDAGANGKAN

Menguak realitas dakwah yang benar-benar menghidupkan Sunnah di tengah dominasi narasi kelompok yang mengkapling kebenaran, membedah definisi hakiki Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam bayang-bayang polarisasi keagamaan dan fanatisme label, serta menelusuri akar historis, landasan syar’i, dan distorsi konseptual yang melanda istilah ini di era kontemporer.

Oleh: Dr. Rozaimi Ramle - AJK Fatwa Kerajaan Negeri Perlis - Arsip 03/2017



🎓 PENGANTAR

Dalam dunia Islam hari ini, ada satu istilah yang nyaris menjadi "label sakti" untuk menunjukkan kebenaran: "Ahlus Sunnah wal Jamaah". Sebagian menjadikannya panji kebanggaan, sebagian lain menggunakannya sebagai palu penghakiman. Bahkan, tidak sedikit yang secara gegabah menyematkan status "bukan Ahlus Sunnah" kepada saudara seiman hanya karena berbeda fikih, metode, atau ekspresi ibadah.

❗ Namun pertanyaannya: Apakah Ahlus Sunnah itu sekadar identitas kelompok?
❗ Apakah ia label geografis, tradisional, atau institusional?
❗ Apakah siapa yang paling lantang menyuarakan, otomatis menjadi pemilik sah istilah ini?

💥 Faktanya, Ahlus Sunnah bukan milik eksklusif siapa pun, tetapi merupakan manhaj (metodologi) hidup yang dibangun di atas kesetiaan kepada Nabi ﷺ, penghormatan kepada para sahabat, dan komitmen menjaga persatuan umat (jamaah) sesuai prinsip Islam.

📚 Ringkasan Faedah

📌 1. Latar Belakang: Kebutuhan Mendesak Memahami Istilah yang Diklaim Banyak Pihak

Kajian ini dibuka dengan penekanan bahwa istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah istilah yang agung namun sering kali digunakan secara serampangan. Banyak kelompok mengklaim sebagai bagian darinya, padahal secara prinsip dan sikap sangat jauh dari metodologi Ahlus Sunnah yang sejati.

Klaim ini berbahaya karena:

  • Bisa menjadi alat eksklusivitas.

  • Bisa mendorong kepada penyesatan (tabdi’) bahkan pengkafiran (takfir) terhadap pihak lain.

  • Tidak jarang menjerumuskan umat ke dalam perpecahan dan penghalalan darah.


📖 2. Dasar Dalil: Sunnah dan Jama’ah Sebagai Pilar Utama

Rasulullah ﷺ telah memberikan wasiat dalam hadits al-‘Irbāḍ bin Sāriyah:

"فَعَلَيْكُم بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي..."
“Wajib atas kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafā’ Rāsyidūn yang diberi petunjuk sepeninggalku…” (HR. Abu Dawud, sahih)

Hadis ini menjadi fondasi bahwa:

  • Ahlus Sunnah adalah mereka yang loyal terhadap Sunnah Nabi dan para sahabat.

  • Bukan sekadar mengaku-ngaku mengikuti Sunnah, tapi menjadikannya metodologi hidup.


🧠 3. Siapa Itu Ahlus Sunnah? (Secara Konseptual dan Praktikal)

Ahlus Sunnah adalah mereka yang:

  • Berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah ﷺ.

  • Beragama sesuai pemahaman para sahabat.

  • Menolak bid’ah dalam agama.

  • Tidak menyalahi jamaah kaum Muslimin.

  • Tidak mengkafirkan kecuali dengan syarat-syarat yang ketat.

Karena itu, nama Ahlus Sunnah tidak otomatis disandang hanya karena satu kelompok menyatakan demikian, tetapi harus dibuktikan melalui prinsip dan praktik.


🧷 4. Makna “Jama’ah” Menurut Para Ulama

Istilah “Jama’ah” memiliki beberapa tafsir penting dalam literatur salaf:

  1. As-Sawadul A'zham – kelompok mayoritas pada masa sahabat.

  2. Para sahabat Nabi – karena mereka adalah pembawa dan pengamal Sunnah pertama.

  3. Ulama Mujtahidin – sebagai pewaris ilmu dan penjaga agama.

  4. Ijma’ Ulama – sebagai bentuk kesepakatan dalam syariat.

  5. Pemerintahan Muslimin yang sah – yang dipimpin oleh imam yang dipilih oleh umat.

📌 Catatan penting:
Klaim sepihak “kami adalah Jama’ah Muslimin” tanpa bukti dan tanpa dukungan umat secara sah adalah kesesatan yang bisa menjerumuskan kepada tafsir radikal dan penghalalan darah.


📛 5. Bahaya Penyimpangan Tafsir “Jama’ah”

  • Sebagian kelompok menyempitkan makna "jama’ah" hanya pada kelompoknya saja.

  • Hal ini membawa kepada pengkafiran, penghalalan darah, dan perpecahan parah di tengah umat.

  • Hadis “barang siapa memisahkan diri dari jama’ah...” sering ditafsirkan secara salah oleh kelompok-kelompok ekstrem.


📚 6. Ciri-ciri Ahlus Sunnah yang Sahih

Ahlus Sunnah memiliki prinsip dan ciri khas berikut:

✅ A. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah

Dalam semua perselisihan, kembalinya kepada wahyu, bukan kepada tokoh atau budaya.

✅ B. Tidak Fanatik terhadap Tokoh atau Mazhab

Ulama dihormati, tapi kebenaran lebih utama. Tidak ada tokoh yang ma’shum selain Nabi ﷺ.

✅ C. Tidak Gampang Mengkafirkan

Mereka memegang prinsip “al-i’tidzār” – mencari uzur sebelum menjatuhkan vonis takfir.

✅ D. Berpegang pada ijma’ ulama

Tidak memecah kesepakatan ulama salaf tanpa dalil.

✅ E. Menjaga Kesatuan Umat

Tidak memberontak kepada pemimpin Muslim selama ia masih Muslim.

✅ F. Tidak Menambah-nambah dalam Agama

Setiap amal ibadah harus ada contohnya dari Nabi ﷺ. Jika tidak, maka itu bid’ah, walau dengan niat baik.


⚖️ 7. Tentang Bid’ah dan Sunnah

  • Ahlus Sunnah tidak meremehkan sunnah kecil.

  • Contoh: azan Subuh dua kali – meski sederhana, dilakukan karena ada sunnahnya.

  • Mereka juga menolak bentuk-bentuk bid’ah seperti:

    • Azan hari raya.

    • Zikir dengan pengeras suara setelah azan.

    • Talal Badru ‘Alayna – jika dibaca dengan keyakinan sebagai syariat, padahal hanya syair biasa.


🤝 8. Sikap terhadap Perbedaan Fikih dan Mazhab

  • Ahlus Sunnah menghargai perbedaan yang berdalil.

  • Mereka tidak memaksakan pendapat satu mazhab sebagai satu-satunya kebenaran.

  • Justru mengajarkan berbagai pendapat mu’tabar agar umat tidak fanatik.


🗣️ 9. Etika Debat dan Dialog

  • Debat dalam Islam bukan ajang menang-menangan.

  • Ahlus Sunnah menganggap debat sebagai sarana mencari kebenaran.

  • Mereka tidak menjadikan debat sebagai alat politik atau taruhan jabatan.


🔥 10. Kesalahan Fatal: Menyandarkan Diri pada Nama Tanpa Isi

Banyak orang atau kelompok menyebut diri sebagai Ahlus Sunnah, namun:

  • Menolak hadis-hadis sahih jika tidak sesuai logika.

  • Meninggalkan amalan sunnah.

  • Fanatik terhadap mazhab atau ustadz tertentu.

  • Menuduh orang lain sesat hanya karena berbeda cara ibadah.

📢 Maka, perlu instrospeksi: apakah kita benar-benar Ahlus Sunnah atau hanya menggunakan namanya?


💎 KESIMPULAN: Ahlus Sunnah Bukan Nama, Tapi Jalan Hidup

“Ahlus Sunnah adalah jalan hidup. Ia adalah komitmen, bukan klaim.”

Ahlus Sunnah wal Jama’ah:

  • Berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman salaf.

  • Menolak fanatisme, kekerasan, dan pengkafiran tanpa ilmu.

  • Menjaga persatuan, bukan memecah belah.

  • Memurnikan ibadah sesuai contoh Nabi ﷺ.

  • Menerima perbedaan selama ada dalil dan adabnya.