ANTARA TAAT DAN MENGKRITIK: FIQH HUBUNGAN UMAT DENGAN PEMERINTAH

Arsip Mei 2023 - Menyingkap panduan syariat dalam menjaga keseimbangan antara kewajiban taat dan hak mengkritik pemerintah, tanpa jatuh dalam fitnah pemberontakan.

Panelis :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



🔥 Saatnya Umat Berhenti Emosional & Mulai Rasional

❝ Kalau pemerintah salah, apa harus kita diam? Kalau pemerintah zalim, bolehkah kita lawan? Kalau pemerintah maksiat, bukankah wajib digulingkan? ❞

❗ Stop dulu. Jangan terburu-buru menjawab. Jangan pula merasa sudah paling paham agama karena sering dengar ceramah atau baca status aktivis.

Karena jawapan soal ini tidak sesederhana emosi dan slogan. Ini soal agama, soal darah dan nyawa umat, soal kestabilan negara.

Kalau semua orang bebas tafsir sendiri, bebas melabel zalim semau hati, bebas deklarasi jihad lawan pemerintah — kita semua akan hidup dalam neraka sosial tanpa akhir. Lihat Sudan, lihat Suriah, lihat Yaman. Hari ini teriak lawan pemerintah, besok anak kita korban tumpah darah.

Jadi bagaimana sikap yang benar menurut Islam? Apa batasnya kita harus taat, kapan boleh ijtihad, kapan wajib bantah?

Kalau Anda serius mahu tahu panduan syariat soal hubungan umat dan pemerintah, bukan sekadar narasi aktivis jalanan, maka Anda wajib baca ringkasan ini sampai habis — lalu dengar audionya.


🟦 RINGKASAN POIN-POIN UTAMA DISKUSI:

  1. 📜 Definisi Ulul Amri:

    • Secara bahasa bermakna "yang memiliki urusan".

    • Menurut majoriti ulama, merujuk kepada pemerintah yang memiliki kekuasaan (dzu syaukah), wilayah, rakyat, dan kemampuan melaksanakan kuasa.

    • Ada juga tafsiran yang menyebut Ulul Amri sebagai ulama, namun ini pendapat minoriti.

  2. 📖 Dalil Ketaatan:

    • Allah berfirman:
      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ
      "Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kalian."
      (Surah An-Nisa, 4:59)

    • Taat kepada pemerintah tidak mutlak, melainkan bersyarat: selama tidak memerintahkan maksiat.

  3. 🚫 Larangan Memerangi Penguasa:

    • Berdasarkan hadis sahih:
      وَأَمَّا خُرُوجُ عَلَيْهِمْ وَقِتَالُهُمْ فَحَرَامٌ بِإِجْمَاعِ الْمُسْلِمِينَ وَإِنْ كَانُوا فُسَّاقًا ظَالِمِينَ
      "Adapun keluar memerangi mereka (penguasa), maka hukumnya haram berdasarkan ijma' kaum Muslimin, meskipun mereka fasiq dan zalim."
      (Syarah Sahih Muslim oleh Imam Nawawi)

  4. ⚖️ Kriteria Boleh Menjatuhkan Pemerintah:

    • Jika pemerintah melakukan kufur bawwah (kufur nyata yang tidak bisa ditakwilkan), barulah dibenarkan dijatuhkan.

    • Kalau hanya maksiat, kezaliman, salah urus: dilarang memerangi, cukup dengan nasihat dan kritik tanpa mengangkat senjata.

  5. 🕊️ Kaedah Kritik Pemerintah:

    • Kritik dibolehkan, bahkan perlu.

    • Namun harus dengan cara yang tidak memecah belah umat atau menimbulkan tumpah darah.

    • Mengkritik yang mungkar dibolehkan, tetapi jika hanya soal ijtihadiyyah (perkara yang dibolehkan khilaf), maka taat tetap wajib.

  6. 🔍 Perkara Ijtihad dan Administrasi Pemerintah:

    • Banyak hal dalam pemerintahan adalah ijtihadi, seperti urusan pentadbiran, struktur jabatan, fatwa dalam mazhab tertentu.

    • Ijtihad pemerintah wajib ditaati selama tidak berlawanan dengan syariat.

    • Contoh sejarah: Umar bin Khattab mengenakan zakat kepada kuda; Utsman shalat sempurna di Mina; Muawiyah berijtihad dalam salat witir.

  7. 🕌 Pengamalan Mazhab di Negeri:

    • Pemerintah boleh menentukan mazhab rasmi dalam hal pentadbiran agama.

    • Namun dalam ibadah pribadi, umat boleh berpegang pada mazhab masing-masing.

    • Contoh: Bismillah jahr/kuat atau sirr/pelan, kunut atau tidak kunut — semua diakui dalam khazanah fikih.

  8. ⚖️ Hukum Hakim Mengangkat Khilaf:

    • Qaidah:
      حُكْمُ الْحَاكِمِ يَرْفَعُ الْخِلَافَ
      "Keputusan hakim mengangkat khilaf."

    • Artinya, dalam hal khilafiyyah, keputusan pemerintah atau mahkamah menjadi pemutus perselisihan.

  9. 💡 Akhir Kata:

    • Dalam urusan pentadbiran dan fatwa, umat harus bijak memahami ruang ijtihad.

    • Jangan mudah membid’ahkan, menyalahkan, apalagi mengkafirkan.

    • Taat kepada Ulul Amri dalam perkara yang tidak mungkar adalah tuntutan syarak demi menjaga maslahat umat.

🟨 PENUTUP:

 Bahasan ini mengajak kita semua untuk memahami agama dengan matang, bukan sekadar ikut-ikutan atau emosional. Ketaatan kepada pemerintah bukan bermakna tunduk membuta tuli, tetapi ketaatan yang berpijak kepada panduan wahyu dan maslahat umat.

🌟 Sudahkah Anda memahami batasan ketaatan dan ijtihad ini? Jika belum, yuk dengarkan audionya secara penuh! Dijamin membuka cakrawala fikiran dan menjernihkan banyak salah faham kita selama ini.