Oleh:
Prof. Dr. Rozaimi Ramle
Fiqh wa Ushuluhu Mu'tah
Universiti of Jordan, AJK Fatwa Negeri Perlis
🔰 Pemimpin Itu Amanah, Bukan Tahta
Ada satu pertanyaan yang tak akan bisa kita hindari : "Dengan kekuasaan kecil yang pernah kau miliki, apa yang telah kau lakukan untuk manusia… dan untuk Tuhanmu?"
Kita tak perlu menjadi presiden untuk disebut pemimpin. Menjadi ayah, ibu, guru, manajer, teman yang dipercaya — itu sudah cukup untuk Allah minta pertanggungjawaban.
Sayangnya, terlalu banyak yang lupa bahwa kepemimpinan bukan sekadar wewenang. Tapi perjalanan sunyi antara beban dan akhirat.
Ceramah ini bukan sekadar uraian teori. Ia adalah cermin: tentang amanah yang sering kita abaikan,
tentang gaji yang kita terima tapi tak selalu kita layak, tentang keputusan-keputusan kecil… yang bisa mengantarkan kita ke surga — atau sebaliknya.
Dalam gaya tutur yang hangat, ringan, namun menusuk nurani, kita diajak merenungkan:
"Mengapa Nabi ﷺ yang bisa saja minta Buraq, justru memilih hijrah dengan susah payah, menyusun strategi, menyembunyikan jejak, menyusun tim hingga ke kambing dan penggembalanya?"
Karena Nabi sedang mengajar kita, bahwa memimpin itu bukan soal jalan cepat. Tapi soal arah yang benar.
Jika Anda seorang suami, istri, guru, ketua organisasi, bahkan seorang pekerja biasa… Ceramah ini akan membukakan sudut pandang baru yang selama ini mungkin luput dari kesadaran kita.
Dengarkan. Rasakan. Dan biarkan hati Anda bertanya kembali: "Sudahkah aku benar dalam memimpin?"
Luangkan waktumu untuk menyimak audio ceramah ini secara penuh. Tapi sebelum
itu, mari kita simak
ringkasan lengkapnya berikut ini…
📌 Ringkasan Lengkap Kuliah “Sifat Seorang Pemimpin”
1. Kepemimpinan Adalah Fitrah dan Tanggung Jawab
-
Nabi ﷺ bersabda:
“كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته”
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR. Bukhari & Muslim) -
Kepemimpinan bukan hanya untuk kepala negara, tetapi mencakup seluruh tingkatan, bahkan di rumah tangga.
-
Islam menekankan pentingnya berada dalam satu kesatuan (jamaah) yang memiliki pemimpin — bukan sekadar kelompok politik, tetapi struktur sosial yang terorganisir di bawah satu ketaatan.
2. Pemimpin Harus Punya Matlamat (Visi) yang Jelas
-
Pemimpin adalah seperti supir kendaraan: jika tak jelas arahnya, maka penumpang pun bingung dan tersesat.
-
Nabi ﷺ meninggalkan umat di atas jalan yang terang, sebagaimana sabdanya:
“Aku tinggalkan kalian di atas jalan yang putih, malamnya seperti siangnya…” (HR. Ahmad)
-
Kisah hijrah Nabi SAW menjadi contoh nyata perencanaan yang rapi dan matlamat yang jelas, di mana semua pihak (Abu Bakar, Asma', bahkan kambing!) punya peran masing-masing.
3. Kepimpinan yang Bijak, Tegas, dan Penuh Hikmah
-
Nabi ﷺ tegas dalam prinsip, tapi penuh kelembutan dan hikmah dalam menyampaikan.
-
Dalam situasi kritis pun, beliau mampu menenangkan para sahabat — seperti ketika Abu Bakar ketakutan di Gua Tsur, Nabi ﷺ berkata:
“لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا”
“Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)
4. Pemimpin Mesti Berani, Tapi Tidak Otoriter
-
Nabi ﷺ bukan autokrat. Dalam hal strategi, beliau bermusyawarah. Contohnya saat Perang Khandaq — ide menggali parit berasal dari Salman Al-Farisi, dan Nabi menerimanya.
-
Dalam bab kepakaran, beliau dengar pendapat para sahabat, selama tidak bertentangan dengan wahyu.
5. Taat kepada Pemimpin Ada Batasnya
-
Islam mengajarkan: taat kepada Allah dan Rasul itu mutlak, tapi taat kepada pemimpin terikat syariat.
-
Hadis Nabi ﷺ:
“لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق”
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.” (HR. Ahmad)
6. Pemimpin yang Adil, Dihormati di Dunia dan Diteduhkan di Akhirat
-
Nabi ﷺ bersabda:
“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya… di antaranya: Imam (pemimpin) yang adil.” (HR. Bukhari dan Muslim)
-
Hudud hanya sah bila dilaksanakan secara adil, tidak pilih kasih antara kaya dan miskin.
-
Nabi ﷺ bahkan bersumpah:
“Jika Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR. Bukhari)
7. Amanah dan Keterampilan: Kunci Sejati Kepemimpinan
-
Kisah putri Nabi Syu’aib menunjukkan dua sifat ideal bagi seorang pekerja/pemimpin:
“إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ”
“Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau upah adalah yang kuat lagi terpercaya.” (QS. Al-Qashash: 26) -
Kuat = Profesional, Skill
-
Amanah = Jujur, Bertanggung jawab
8. Kepemimpinan Adalah Contoh, Bukan Hanya Ceramah
-
Nabi ﷺ bukan hanya bicara, tapi menjadi teladan nyata (uswatun hasanah) dalam akhlak dan kepemimpinan.
-
Aisyah RA berkata:
“كان خلقه القرآن”
“Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim)
9. Keadilan, Zakat, dan Tanggung Jawab Gaji
-
Prof. Rozaimi mengingatkan: jika kita mengambil gaji dari uang rakyat (taxpayer), pastikan kita bekerja amanah.
-
Jika waktu kerja digunakan untuk hal-hal yang tak produktif (ngopi, cerita drama), maka itu pengkhianatan amanah.
-
Maka disarankan untuk berzakat dan bersedekah sebagai bentuk pembersihan harta dari perkara yang meragukan.
10. Kepemimpinan Adalah Ujian yang Berat
-
Semakin tinggi jabatan, semakin berat amanahnya.
-
Tantangan terbesar bukan hanya menolak sogokan, tapi menjaga integritas saat berada di posisi yang menggoda.
✍️ Penutup
Ceramah ini bukan hanya membahas teori kepemimpinan, tapi menjadi cermin untuk kita semua — apakah kita sedang menjalankan amanah atau hanya menikmati jabatan?