Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan
Negeri Perlis
Arsip Oktober 2023 Bersama Komuniti Kedutaan Cambodia
๐ Ketika Dialog Bukan Sekadar Simbol, tapi Jalan untuk Memahami
Di era penuh polarisasi ini, agama kerap ditarik ke dua ujung ekstrim: disalahpahami atau disalahgunakan. Apalagi saat agama menjadi isu dalam ruang publik multikultur dan multiagama seperti di Malaysia atau ketika berdialog lintas negara seperti Cambodia.
Tapi bagaimana jika kita mendengar langsung suara seorang Mufti, di hadapan audiens Muslim dan non-Muslim, dalam forum terbuka, menjawab pertanyaan sensitif dengan kepala dingin dan hati terbuka?
Dalam sesi tadzkirah di hadapan delegasi diplomatik dan tokoh lintas agama di Phnom Penh, Mufti Perlis (Prof. Dr. MAZA) tidak hanya menyampaikan ceramah. Ia membuka ruang diskusi, menerima pertanyaan sensitif, bahkan soal rasisme, ekstremisme, kebebasan beragama, hingga makna interfaith dialogue — tanpa skrip, tanpa sensor.
Ini bukan khutbah biasa. Ini adalah kelas toleransi dari hati seorang ulama yang tetap memegang prinsip, tapi tidak kehilangan empati.
Jika kamu pernah bertanya:
-
“Kenapa Islam sering diasosiasikan dengan ekstremisme?”
-
“Apakah kita harus menganggap semua agama itu sama dalam dialog lintas iman?”
-
“Bagaimana berdakwah tanpa membuat orang lain tersinggung?”
-
“Apa maksud sebenarnya dari ‘tidak ada paksaan dalam agama’?”
…maka kamu wajib menyimak ringkasan ini — dan mendengarkan audionya secara utuh.
๐งญ Ringkasan Poin-Poin Utama
๐ 1. Islam Bukan Milik Bangsa Tertentu
-
Islam bukan agama Arab, Melayu, atau bangsa mana pun. Ia milik seluruh umat manusia.
-
Al-Qur’an menegaskan: “Tuhan bagi seluruh alam” (Rabb al-‘Alamin), bukan hanya “Tuhan orang Arab”.
๐ฅ 2. Rasisme Ditolak Total dalam Islam
-
Seseorang tidak bisa disalahkan atas ras atau keturunannya karena itu bukan pilihannya, melainkan takdir dari Allah.
-
Menghina orang karena bangsanya = menghina ciptaan Allah.
☪️ 3. Islam Melarang Kezaliman Lintas Agama
-
Al-Qur’an secara eksplisit memerintahkan untuk berbuat baik kepada non-Muslim selama mereka tidak memerangi umat Islam atau mengusir dari tanah air.
-
Ayat kunci: Surah Al-Mumtahanah ayat 8.
๐ฃ 4. Ekstremisme Bukan Produk Islam
-
Banyak ekstremisme global bukan berasal dari Islam, bahkan banyak Muslim justru menjadi korban (contoh: Palestina, Iraq).
-
Yang penting: definisi ekstremisme harus adil — bukan hanya karena seseorang taat beragama, dia disebut ekstremis.
๐ค 5. Interfaith Dialogue Itu Perlu, Tapi Jujur
-
Mufti MAZA mendukung dialog antaragama, tapi tidak atas dasar menyamakan semua agama.
-
Prinsipnya: kita boleh berbeza, tapi saling memahami agar tidak saling menyakiti.
-
Contoh analogi cerdas: “Seperti saya bilang ayah saya yang terbaik, kamu juga bilang begitu. Kita tetap bisa saling hormat meskipun berbeda.”
๐ง 6. Yang Salah dari Dialog Antaragama Modern
-
Banyak interfaith dialogue gagal karena diwakili oleh orang-orang yang tidak mewakili agamanya secara serius (liberal, tidak berilmu, atau tidak diterima umatnya).
-
Solusi: undang ulama atau tokoh agama yang diakui dan alim, agar dialog lebih bermakna.
๐ 7. Bagaimana Jadi Muslim yang Baik di Dunia Global?
-
Islam mengajarkan dua hubungan:
-
Hubungan vertikal: manusia dengan Allah — lewat ibadah
-
Hubungan horizontal: manusia dengan sesama manusia
-
-
Tugas Muslim adalah menjadi duta akhlak Islam di manapun ia berada, termasuk saat berbisnis, traveling, atau tinggal di negara mayoritas non-Muslim.
๐ข 8. Tugas Dakwah: Menyampaikan, Bukan Memaksa
-
Tugas seorang Muslim: menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain dengan cara terbaik.
-
Tidak bisa memaksa orang masuk Islam, tapi wajib menjelaskan bahwa kebenaran datang dari wahyu.
-
“La ikraha fid-din”: Tidak ada paksaan dalam agama.
๐ง Penutup
“Saya tidak datang untuk menyamakan semua agama. Tapi saya datang untuk memahami Anda, dan berharap Anda memahami saya — supaya kita bisa hidup tanpa menyakiti.”
Ceramah ini bukan tentang kompromi. Tapi tentang kejujuran, adab, dan bagaimana berbeda tanpa permusuhan. Sebuah tadzkirah yang menyegarkan — bahkan di hadapan non-Muslim.
๐ข Dengarkan audionya. Rasakan sendiri bagaimana satu majelis bisa mengubah cara kita memandang.