CARA AMAN BUAT ORANG AWAM SAAT KETEMU MASALAH HUKUM AGAMA

Terjemah bebas gaya Gen-Z tapi tetap sopan, Bag. 3:


📌 Judul: “Kaidah Usul & Fikih Buat Muslim Non-Mujtahid”

Penulis: 
Asy-Syaikh Dr. Sa'ad bin Nashir bin 'Abdul 'Aziz Asy-Syatsri 
Anggota Hai'ah Kibaril Ulama di Kerajaan Arab Saudi, seorang penasehat di Pengadilan Kerajaan Saudi setara dengan Menteri, dan juga anggota dewan pengajar di Fakultas Hukum dan Ilmu Politik di Universitas King Saud. 


📘 Bab Pertama

Kaidah-Kaidah Ushul Fikih yang Wajib Dipahami Orang Awam Saat Menghadapi Masalah

Bab ini terdiri dari 3 pembahasan utama:

  1. Hukum Orang yang Berbuat Sesuatu Tapi Gak Tahu Hukumnya

  2. Kenapa Kita Wajib Terikat dengan Hukum-Hukum Syariat

  3. Cara Menemukan dan Menentukan Hukum dalam Islam


🧩 Pembahasan Pertama

Hukum Orang yang Melakukan Sesuatu Padahal Gak Tahu Hukumnya

Para ulama sepakat: sebelum ngelakuin sesuatu, wajib tahu dulu hukumnya. Karena bisa aja perbuatan itu haram. Bahkan, sudah ada ijma' (kesepakatan ulama) bahwa haram hukumnya seseorang ngelakuin sesuatu tanpa tahu dulu hukumnya.

Dari Umar bin Khattab رضي الله عنه, diriwayatkan bahwa beliau gak ngizinin siapa pun berdagang di pasar kecuali orang yang udah paham hukum jual beli. Beliau biasa berkata,
"Jangan ada yang berdagang di pasar kami kecuali orang yang udah ngerti agama."

Para ulama juga menyebutkan: kalau seseorang masuk ke suatu negeri dan gak ada akses ke ulama, dia harus pindah ke tempat lain yang ada ulama dan bisa ditanya. Gak boleh diem aja dalam kondisi jahil, apalagi kalau itu nyangkut ibadah.

Tapi sekarang, dengan kemudahan akses ilmu dan teknologi, alasan kayak gitu udah gak relevan. Karena siapa pun sekarang bisa belajar dan nanya dengan cepat, gak kayak zaman dulu yang harus hijrah cari ulama.


🧩 Pembahasan Kedua

Kenapa Kita Wajib Terikat dengan Hukum-Hukum Syariat

Salah satu bentuk rahmat Allah ke hamba-Nya adalah: hukum-hukum syariat itu dibuat demi maslahat (kebaikan) untuk makhluk, baik di dunia maupun akhirat.
Jadi jelas: syariat ini bukan beban, tapi bentuk kasih sayang dan kemudahan dari Allah.

Kadang, hikmah di balik suatu hukum memang kelihatan jelas. Tapi bisa juga sebaliknya — gak kelihatan langsung. Dan itu gak masalah, kita tetap wajib taat.

Tapi penting dicatat: kalau seseorang cuma niat ngejar manfaat dunia doang dalam ibadah, maka dia gak dapat pahala akhirat. Yang Allah nilai adalah tujuan kita: apakah murni karena Allah dan akhirat, atau sekadar urusan dunia?

Kalau cuma karena dunia, amalannya bisa jadi sia-sia — bahkan kalau terlihat baik sekalipun. Allah berfirman:

“Barangsiapa yang hanya menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami akan beri mereka balasan atas amal mereka di dunia… tapi mereka gak dapat apa-apa di akhirat kecuali neraka.”
(QS. Hud: 15–16)


🧩 Tambahan Penting:

Kalau orang niatnya cuma buat dapat manfaat dunia, maka salah satu dari dua kemungkinan terjadi:

  1. Kalau perbuatannya bukan ibadah (kayak shalat, puasa, zakat) — maka amalannya gak sah. Karena niatnya bukan karena Allah.

  2. Kalau perbuatannya memang ibadah dan bermanfaat (kayak sedekah, silaturahmi, meninggalkan maksiat) — maka amalan itu tetap sah, bisa gugurkan kewajiban, dan hapus dosa, tapi gak dapet pahala akhirat.


🧩 Pembahasan Ketiga

Cara Menentukan Hukum Islam Saat Hadapi Masalah

Kalau seseorang menghadapi masalah dan pengen tahu hukum Allah tentang hal itu, ada dua kemungkinan:

  1. Kalau dia mujtahid (ahli ijtihad): Maka dia bisa langsung cari dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah dan nentuin hukumnya pakai kaidah ushul fikih.

  2. Kalau dia bukan mujtahid (orang awam): Maka dia harus tanya ke orang yang punya ilmu. Gak bisa nebak-nebak sendiri.

Dalilnya jelas:

  • “Tanya kepada ahlul dzikir (ulama), kalau kalian gak tahu.”
    (QS. An-Nahl: 43)

  • “Gak seharusnya seluruh umat ini keluar perang. Tapi biarlah sebagian dari mereka tinggal untuk belajar agama, supaya nanti bisa kasih peringatan buat yang lain.”
    (QS. At-Taubah: 122)

  • Dalam hadis: Ada sahabat yang luka parah, lalu mandi junub dan meninggal. Nabi ﷺ marah dan berkata,
    “Kenapa mereka gak nanya kalau gak tahu? Tanya itu solusi bagi orang yang bingung.”

Asy-Syatibi رحمه الله juga bilang:
"Kalau ada orang awam dikasih pertanyaan agama, dia gak boleh jawab kecuali setelah nanya dulu. Karena dia bukan tempatnya hukum keluar.”