ISLAM MELARANG MEMBODOHKAN AKAL

Oleh :
Prof. Dr. Rozaimi Ramle
AJK Fatwa Negeri Perlis, Rektor Universiti Islam Perlis


Banyak orang berpikir bahwa agama itu soal iman, bukan akal. Padahal, Islam datang justru untuk menghidupkan akal, bukan mematikannya. Wahyu pertama adalah “Iqra’” — perintah untuk membaca, memahami, dan menggunakan daya pikir.

Ceramah ini bukan sekadar ajakan untuk cerdas, tapi peringatan untuk tidak membiarkan akal kita dijajah oleh tahayul, taklid buta, dan kepercayaan yang tidak berdasar. Kenapa Islam melarang tilik nasib? Kenapa menyembah berhala itu dianggap bodoh secara akal, bukan cuma salah secara agama? Dan kenapa Nabi ﷺ menekankan pentingnya mencari ilmu dan berpikir sehat?

🎧 Dengarkan ceramah ini dengan hati terbuka. Karena bisa jadi selama ini, kita terlalu sering ikut-ikutan… dan lupa berpikir.

🧠 Ringkasan Poin-Poin Utama Ceramah:

1. Akal Adalah Karunia, Bukan Beban

  • Islam datang untuk mengangkat manusia dari kebodohan dan kegelapan.
  • Wahyu pertama: Iqra’ (bacalah) — ini adalah sinyal bahwa Islam adalah agama ilmu dan nalar.

2. Islam Memuliakan Akal Sejak Awal

  • Nabi ﷺ tidak langsung melakukan semua perubahan radikal, karena memperhatikan kondisi umat (contoh: Ka’bah tidak langsung dibangun ulang).
  • Islam menghormati akal manusia dan tidak memaksa pemahaman buta.

3. Beriman Tidak Berarti Menutup Akal

  • Hal-hal yang bersifat ghaib memang tidak bisa dijangkau akal sepenuhnya, tapi tidak boleh bertentangan dengan logika dasar.
  • Seperti peristiwa Isra’ Mi’raj: peristiwa yang menakjubkan tapi tetap logis dalam bingkai iman.

4. Jangan Jadikan Agama Ajang Labeling

  • Nabi ﷺ pernah difitnah sebagai orang gila dan tukang sihir — dua hal yang bertentangan logika jika dikombinasikan.
  • Musuh Islam sering menyerang dengan cara menciptakan label untuk menjatuhkan, bukan dengan argumen ilmiah.

5. Khurafat dan Syirik adalah Bentuk Pembodohan Akal

  • Contoh: sembah batu, percaya jimat, tilik nasib, atau ikut-ikut tradisi tanpa dasar dalil.
  • Islam datang untuk memutus tradisi Jahiliyah yang tidak logis.

6. Gunakan Akal untuk Menilai Dalil

  • Akal digunakan dalam menyaring hadis dan memahami ayat — dengan tetap menghormati batasannya.
  • Sahabat Nabi seperti Ibn Abbas sering mengkritisi riwayat dengan pertanyaan logis.

7. Perbedaan Mazhab Terjadi Karena Dalil yang Bersifat Zanni

  • Banyak perbedaan dalam fiqh (misalnya soal batal wudhu atau kunut) karena nash yang membuka ruang tafsir.
  • Islam tidak memaksa umat untuk seragam dalam hal yang tidak qath’i (pasti), justru memberi ruang ijtihad.

8. Islam Larang Kultus Individu

  • Nabi ﷺ dilarang disembah, meskipun beliau sangat mulia.
  • Islam mengatur agar penghormatan tidak berubah jadi pengagungan yang berlebihan.

9. Hindari Kepercayaan Ghaib Tanpa Dalil

  • Percaya mimpi, tilikan, atau bisikan hati sebagai “wahyu” pribadi bisa menyesatkan.
  • Islam hanya menerima hal ghaib jika ada dalil sahih yang mendasarinya.

10. Penutup: Jangan Jadi Umat yang Pasif Berpikir

  • Taklid buta dan ikut-ikutan bisa menyesatkan.
  • Seperti kata penceramah: “Kalau Nabi ke kanan, tapi tok guru ke kiri — kamu mau ikut siapa?”

Penutup:

Islam bukan agama taklid. Islam adalah agama ilmu, akal, dan hati yang terbuka.
Mari kita jaga akal — karena di sanalah letak martabat kita sebagai manusia.

🎧 Dengarkan ceramah ini dan hidupkan kembali fungsi terbaik dari karunia akal.
Karena Islam tidak datang untuk membodohkan, tapi mencerahkan.