Dalam sejarah panjang umat Islam, perbedaan bukan hal baru — dan bukan pula sesuatu yang harus selalu dibenturkan. Sebab sejak generasi sahabat, ulama dan para imam besar, khilaf (perbedaan) adalah bagian dari dinamika pemahaman dan pendekatan terhadap dalil. Ceramah ini mengajak kita menyelami dengan lebih jernih:
- Apa
akar dari perbedaan antara mazhab akidah seperti Asy’ariyah, Maturidiyah
dan Salaf?
- Mengapa
sebagian isu ini muncul belakangan dan bukan di zaman Nabi ﷺ?
- Bagaimana
kita bisa bersikap dewasa dan tetap menjaga ukhuwah walau berbeda
pandangan?
Di tengah dunia yang semakin bising dengan debat dan label,
mari kita luangkan waktu untuk mendengar dengan hati dan pikiran terbuka.
Karena bisa jadi... yang kita anggap berbeda, justru menyimpan titik temu yang
indah.
1. Nabi ﷺ Mengajarkan Strategi dan Hikmah dalam Merespons
Isu
- Contoh:
Nabi tidak membangun kembali Ka'bah sesuai struktur Nabi Ibrahim karena
khawatir akan menimbulkan salah paham di kalangan Quraisy yang baru masuk
Islam.
- Ini
menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kondisi umat dalam menyampaikan
kebenaran.
2. Isu Teologis Tidak Diperdebatkan oleh Quraisy
- Quraisy
tidak mempertentangkan konsep “Allah di langit” karena fitrah manusia
menerimanya.
- Perdebatan
mendalam tentang sifat Allah baru muncul setelah masuknya filsafat Yunani
dalam dunia Islam.
3. Masuknya Ilmu Kalam & Filsafat Yunani Memicu
Perdebatan Baru
- Konsep-konsep
seperti “kalam nafsi”, “zat Tuhan”, dan lain-lain muncul sebagai reaksi
terhadap filsafat.
- Muncullah
mazhab-mazhab seperti Mu’tazilah, lalu Asy’ariyah dan Maturidiyah sebagai
upaya menjaga akidah.
4. Kebingungan Masyarakat Awam dalam Memahami Istilah
- Banyak
orang tidak benar-benar memahami apa itu Asy’ari atau Salafi.
- Namun
debatnya mencuat karena praktik-praktik agama seperti ziarah kubur,
tawassul, dan lainnya yang lebih kasat mata.
5. Fatwa Negeri Perlis: Menegaskan Tanpa Menyesatkan
- Mengikuti
akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan pendekatan Ahlul Hadis.
- Tidak
menyesatkan Asy’ariyah dan Maturidiyah, tetapi membuka ruang diskusi
dengan adab dan ilmu.
6. Menolak Ekstremisme dari Semua Arah
- Baik
yang menolak tawassul maupun yang menyalahgunakan ziarah, semua harus
dinilai dengan prinsip dasar akidah yang lurus dan moderat.
- Tidak
layak mengkafirkan atau memutus ukhuwah hanya karena perbedaan pendekatan.
7. Persaingan Lembaga Kadang Menyulut Konflik
- Sebagian
pertentangan bukan murni karena dalil, tapi karena perebutan pengaruh
antara institusi dan kelompok.
8. Kembali ke Manhaj Salaf dengan Tenang
- Generasi
awal (Salaf) mengajarkan kita untuk menerima dalil sebagaimana adanya,
dengan pemahaman yang lurus, sederhana, dan tidak mengada-ada.
- Titik
temu bisa terjadi jika semua pihak bersedia belajar dan mendengar tanpa
prasangka.
Aqidah Ahl al-Sunnah wa al-Jamā'ah yang dipilih untuk dijadikan pegangan adalah aliran Ahl al-Hadīth (أهل الحديث) atau Ahl al-Athar (أهل الأثر), kerana itu lebih mengikuti manhaj al-Salaf al-Ṣālih (السلف الصالح).
Dalam masa yang sama pendirian ini tidak menyesatkan apatah lagi mengkafirkan aliran/mazhab lain dalam aqidah Ahl al-Sunnah wa al-Jamā'ah iaitu al-Asyā‘irah dan al-Māturīdiyyah. Pendirian ini tidak menghalang untuk kita berdiskusi secara harmoni dalam isu-isu furū’ aqidah tanpa permusuhan. Kita hendaklah bermuamalat dengan pengikut aliran-aliran tersebut sebagai saudara seIslam dan sentiasa bekerjasama dalam perkara yang disepakati serta bertoleransi dalam perkara yang diperselisihkan.
Ahl al-Sunnah wa al-Jamā'ah dengan kepelbagaian aliran sepatutnya dapat membangun ukhuwwah dan kerjasama yang lebih kuat dalam menghadapi pelbagai cabaran daripada aliran sesat dan ancaman terhadap umat.
- Sahibus Samahah Profesor Dato’ Arif Perkasa Dr Mohd Asri Bin Zainul Abidin
- Sahibul Fadhilah Ustaz Tajul Urus bin Abdul Halim
- Sahibul Fadhilah Profesor Dr. Muhamad Rozaimi bin Ramle
- Sahibul Fadhilah Profesor Dr. Basri bin Ibrahim
- Sahibul Fadhilah Dr. Hj Zaharuddin bin Hj Abdul Rahman
- Sahibul Fadhilah Profesor Dr. Azman Bin Mohd Noor
- Sahibul Fadhilah Prof Madya Dr. Mohd Akram bin Dato’ Dahaman @ Dahlan
- Sahibul Fadhilah Dr. Ahmad Sufian bin Che Abdullah
- Sahibul Fadhilah Prof Madya Dr Ahmad Wifaq Bin Mokhtar
- Sahibul Fadhilah Ustaz Syed Abu Bakar bin Syed Kamal Bharin
- Sahibul Fadhilah Dr. Muhammad Lukman bin Mat Sin
- Sahibul Fadhilah Dr Zaitun bin Rasmin
- Sahibul Fadhilah Ustaz Aidil bin Abdul Rahman
- Al-Fadhil Ustaz Muhammad Khidhir bin Abdul Ghani - Setiausaha