Kisah wafatnya Rasulullah ﷺ di bulan Rabi‘ul Awwal bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi sebuah peringatan agung bahwa setiap yang hidup pasti akan mati. Wasiat terakhir beliau — jaga shalat dan pedulilah orang-orang lemah — tetap relevan untuk kita amalkan hingga hari ini.
Mari jadikan bulan Rabi‘ul Awwal bukan hanya momentum untuk mengenang kelahiran Nabi ﷺ, tetapi juga untuk mengingat kewafatan beliau. Sebab dari sanalah kita belajar hakikat cinta sejati: bukan sekadar merayakan, melainkan menghidupkan sunnahnya sepanjang hayat.
Kewafatan beliau bukan sekadar catatan sejarah, melainkan momen penuh ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Pada detik-detik terakhir, beliau menegaskan kembali pentingnya shalat sebagai tiang agama dan menyeru agar umat memperhatikan hak-hak orang lemah. Rasulullah ﷺ wafat dengan kalimat terakhir: “Balir-Rafīq al-A‘lā” — memilih bersama Allah, Sang Teman yang Maha Tinggi.
Melalui kisah wafatnya Nabi ﷺ, kita diajak untuk merenungi hakikat hidup dan mati, serta kembali meneguhkan komitmen mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Sebab, meski Rasulullah ﷺ telah wafat, risalah Islam tetap hidup sepanjang zaman.
✨ Semoga Allah ﷻ meneguhkan kita di atas jalan Rasulullah ﷺ, menghidupkan sunnahnya, dan mematikan kita dalam keadaan husnul khātimah. آمين يا رب العالمين