12 RABI‘UL AWWAL: HARI TERBESAR UMAT ISLAM KEHILANGAN RASULULLAH ﷺ

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Hari itu, Madinah berubah sunyi.
Langit seakan meredup, hati-hati sahabat hancur, dan bumi terasa kehilangan cahayanya. Tanggal 12 Rabi‘ul Awwal bukan hanya hari lahir Nabi Muhammad ﷺ, tetapi juga hari paling pilu: hari wafatnya sang kekasih Allah, penutup para nabi, rahmat bagi seluruh alam.


Para sahabat terpukul — ‘Umar bin Khattab menolak percaya hingga menghunus pedang, ‘Utsman bin ‘Affan terdiam bisu, dan seluruh Madinah terhuyung dalam kesedihan. Namun Abu Bakar ash-Shiddiq berdiri tegak, menenangkan umat dengan kalimat yang menggetarkan jiwa:

"Barang siapa menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan mati.”

Kematian Nabi ﷺ adalah musibah terbesar umat Islam. Akan tetapi, beliau meninggalkan warisan yang abadi: al-Qur’an dan sunnah, sebagai cahaya penuntun di tengah kegelapan dunia.

Kini, lebih dari 1400 tahun telah berlalu sejak hari pilu itu. Namun, setiap kali kita mengingatnya, seakan-akan luka itu kembali menganga: bagaimana mungkin umat ini bisa hidup tanpa bimbingan langsung dari sosok yang paling mulia?

Namun, wahai saudaraku…
Rasulullah ﷺ memang telah wafat, tetapi sunnahnya tetap hidup. Cinta sejati kepada beliau bukan hanya dengan air mata, melainkan dengan ketaatan dan kesetiaan pada risalahnya.

Mari kita jadikan setiap detak jantung sebagai saksi cinta, setiap amal sebagai bukti rindu, dan setiap doa sebagai janji untuk bertemu beliau kelak di surga, bersama Ar-Rafīq al-A‘lā yang beliau rindukan. 

Berikut ini rangkumannya: