Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis
🎧 Konser, Ulama, dan Kemunafikan Kritik: Saat Tudingan Agama Menjadi Senjata Politik
Dalam dunia yang semakin terpolarisasi antara simbol keagamaan dan tekanan liberalisme global, peristiwa semisal konser musik di Arab Saudi mudah menjadi bahan bakar perdebatan panas. Sebagian langsung menyimpulkan bahwa munculnya hiburan publik di negeri yang dikenal ketat dalam agama adalah bukti “penyimpangan akidah Salafi”, “gagalnya ulama Saudi”, atau “kemunafikan Wahabi”.
❗Namun, pertanyaannya: apakah adil jika sebuah sistem keilmuan dan tradisi keulamaan dijatuhkan hanya karena praktik sosial yang tidak mewakili prinsip tersebut secara sah? Apakah kita siap menggunakan logika yang sama terhadap negeri-negeri Muslim lain yang penuh maksiat, meskipun mengklaim bermazhab Ahlus Sunnah yang moderat?
Tadzkirah ini mengajak kita untuk:
-
📌 Membedah logika sesat di balik tuduhan-tuduhan simplistik terhadap Saudi.
-
📌 Memahami kompleksitas masalah sosial-keagamaan di dunia Islam modern.
-
📌 Menyadari pentingnya pendekatan reformis yang seimbang dalam menghadapi perubahan zaman.
💡 Anda akan dibimbing untuk melihat isu ini bukan dari kacamata fanatik sektarian, tetapi dari kerangka maqasid syariah, prinsip keilmuan, dan keadilan berpikir. Tadzkirah ini bukan sekadar pembelaan terhadap negara atau mazhab tertentu, melainkan upaya membangun kesadaran umat agar tidak memperalat agama untuk menyudutkan sesama Muslim.
🎧 Dengarkan versi lengkap audionya agar Anda tidak terjebak dalam retorika cetek yang hanya mengulang-ulang tuduhan tanpa dasar ilmiah.
📝 RANGKUMAN FAEDAH LENGKAP & DETAIL
1️⃣ Kesalahan Metodologis dalam Menyalahkan Ulama karena Maksiat Pemerintah
Tadzkirah ini diawali dengan kritik terhadap kecenderungan sebagian pihak yang menyamaratakan dosa pemerintah dengan mazhab atau ulama yang ada di wilayah tersebut.
🔎 Contoh-contoh yang dikemukakan:
-
Di Mesir, meskipun pusat Azhariyah kuat, praktik maksiat (tarian gelek, penipuan wisata, prostitusi) tetap banyak — namun tidak ada yang menyalahkan Asy’ariyah atau ulama Al-Azhar.
-
Di Malaysia, meskipun mayoritas bermazhab Syafi’i, tempat maksiat seperti kasino Genting tetap ada — tetapi tak seorang pun menyalahkan mazhab Syafi’i.
📌 Faedah: Kita tidak boleh menyandarkan perilaku sosial atau politik suatu negeri kepada ulama dan ajaran resmi mereka, kecuali ada bukti bahwa ulama itu membenarkannya.
2️⃣ Dua Kesalahan Besar: Generalisasi dan Standard Ganda
Disorot pula bahwa sebagian pengkritik Saudi:
-
Bersikap standard ganda, mengkritik keras Arab Saudi karena “baru mengadakan konser”, tapi diam terhadap maksiat di negeri lain yang sudah berlangsung lama.
-
Terjebak dalam logika anak-anak: menyalahkan ulama hanya karena pemerintah melakukan maksiat tanpa persetujuan atau fatwa mereka.
📌 Faedah: Adil dalam berpikir adalah akhlak ilmuwan dan orang beriman. Kita tidak bisa membenarkan kritik yang hanya timbul karena benci atau iri terhadap satu kelompok.
3️⃣ Kelemahan Ulama Saudi: Ketertinggalan dalam Reformasi Sosial
Meski membela dari tuduhan tak adil, tadzkirah ini juga menyampaikan kritik konstruktif terhadap sebagian ulama Saudi:
-
Tidak responsif terhadap desakan masyarakat, terutama kaum muda dan wanita.
-
Terlalu fokus pada masalah ibadah formal dan hukum klasik, tapi mengabaikan isu-isu kontemporer: hak perempuan bekerja, kekerasan domestik, dan keadilan sosial.
📌 Faedah: Ulama harus hadir dalam isu-isu masyarakat, bukan sekadar mengulang-ulang fiqh purdah atau larangan musik tanpa menyentuh kebutuhan zaman.
4️⃣ Dampak Sempitnya Fikih Sosial terhadap Masyarakat
-
Wanita di Arab Saudi dulu tidak boleh mengemudi, tidak boleh bekerja, bahkan sulit mengakses ruang publik — meskipun secara fiqh mazhab-mazhab besar memberikan ruang fleksibilitas.
-
Karena ulama menolak membuka ruang ijtihad, masyarakat yang frustrasi justru mendorong reformasi melalui jalur liberal, bukan Islamik.
📌 Faedah: Jika ulama gagal memimpin reformasi sosial dengan maqasid syariah, maka masyarakat akan mencarinya melalui jalur lain — bahkan liberalisme ekstrem.
5️⃣ Akar Sejarah: Gerakan Reformasi dan Tuduhan "Wahabi"
Disampaikan bahwa:
-
Semangat reformasi Ibn Taimiyah dan tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, hingga kaum muda di Nusantara bukanlah Wahabi dalam pengertian sempit.
-
Namun mereka sering dituduh Wahabi karena menolak taqlid, menolak tahayul, dan mendorong kebebasan wanita dalam pendidikan dan pernikahan.
📌 Faedah: Labelisasi "Wahabi" sering kali hanyalah alat politik untuk membungkam gagasan reformasi yang sehat.
6️⃣ Solusi: Berikan Ruang Hiburan yang Diatur Syariat
Tadzkirah ini menawarkan pendekatan solutif:
-
Jangan hanya melawan konser habis-habisan.
-
Lebih baik arahkan: “Kalau mau konser, ini panduannya, ini batasannya dalam syariat.”
📌 Faedah: Islam bukan agama pelarangan total. Ia mengatur, bukan menutup semua pintu. Maka hiburan yang terarah dan beretika lebih baik daripada membiarkannya liar tanpa panduan.
7️⃣ Kegagalan Ulama Menangani Ketimpangan Gender
Menyesalkan bahwa:
-
Isu-isu serius wanita diabaikan: kekerasan rumah tangga, hak bekerja, hak nikah, dan hak waris.
-
Buku-buku ilmiah seperti Tahrīr al-Mar’ah fī ‘Aṣr al-Risālah yang menjelaskan peran wanita pada zaman Nabi ﷺ justru dilarang di Saudi.
📌 Faedah: Jika ulama tidak peka terhadap isu keadilan gender dalam batasan syar’i, maka perempuan akan meninggalkan ruang keagamaan dan beralih ke ideologi luar.
8️⃣ Kesimpulan Umum: Jalan Tengah adalah Kunci
Tadzkirah ini mengajak:
-
Jangan terlalu sempit dalam memahami agama hingga hilang sisi manusiawi dan maslahat sosial.
-
Tapi jangan pula membuka pintu liberalisme tanpa batas.
-
Solusi terbaik adalah pendekatan moderat yang bersandar pada Qur’an, Sunnah, dan maqasid syariah, serta dialog terbuka antara ulama dan masyarakat.
🔚 PENUTUP
Tadzkirah ini bukan tentang “membela Saudi” atau “mempromosikan Wahabisme”, tetapi mengajak umat untuk jujur, adil, dan ilmiah dalam berpikir serta bersikap terhadap fenomena keagamaan kontemporer. Kita harus:
-
✊ Bersikap kritis tapi konstruktif.
-
📖 Memahami syariat sebagai jalan rahmat dan hikmah, bukan sekadar daftar larangan.
-
💡 Memberikan ruang bagi ulama untuk memimpin reformasi yang dibutuhkan umat masa kini.
🎧 Dengarkan audio lengkapnya agar tidak terjebak dalam potongan-potongan narasi sempit yang menggiring opini tanpa dasar. Ini adalah materi penting untuk siapa saja yang peduli pada masa depan Islam yang inklusif, seimbang, dan maslahat.