MENGUAK TANTANGAN DAKWAH SALAFI DI ERA NARASI DAN FITNAH

Sebuah Analisis Mendalam tentang Stigmatisasi Terhadap Dakwah Salafi, Regulasi Keagamaan yang Membatasi, Fragmentasi Internal Akibat Perbedaan Furu’iyyah, serta Upaya Membangun Jalan Tengah yang Ilmiah dan Beradab di Tengah Pergulatan Narasi Media, Bias Politik Keagamaan, dan Tantangan Dakwah Kontemporer.

Oleh : Prof. Dr. Rozaimi Ramle - AJK Fatwa Negeri Perlis, Rektor Universiti Islam Perlis - Arsip 07/2025



🎓 Membongkar Stigma, Memahami Realita

Ketika istilah "Salafi" disebut, reaksi publik sangat beragam — dari rasa kagum hingga ketakutan. Di satu sisi, istilah ini mewakili semangat kembali kepada kemurnian ajaran Islam sesuai pemahaman generasi terbaik umat. Namun di sisi lain, ia sering kali dipersepsikan sebagai simbol ekstremisme, bahkan dituduh satu bakul dengan gerakan radikal. Lalu, siapakah sebenarnya Salafi? Mengapa mereka begitu sering diserang — dari media, institusi keagamaan, bahkan sesama Ahlus Sunnah?

Ceramah ini bukan sekadar pembelaan, tapi penjelasan komprehensif terhadap tantangan yang dihadapi oleh komunitas Salafi, khususnya di Malaysia, namun sangat relevan dengan konteks Indonesia dan dunia Islam secara umum. Disampaikan dengan gaya terbuka dan reflektif, pembicara memaparkan bagaimana persepsi yang keliru terhadap Salafi telah mengakar secara sistemik, bahkan dimanipulasi untuk tujuan politis dan sektarian.

Yang paling menarik, ceramah ini juga menyentuh sisi autokritik internal — bagaimana perpecahan dalam tubuh Salafi terjadi bukan karena perbedaan manhaj, tetapi soal perbedaan ijtihadiyah dan akhlak dalam menyikapi perbedaan. Di sinilah nilai lebih ceramah ini: jujur, ilmiah, dan berani.

🔍 Bila Anda ingin memahami secara adil dan objektif tentang dakwah salafi, fenomena pergeseran narasi keislaman, serta bagaimana merespons tantangan dakwah dengan ilmu dan akhlak, maka audio ini wajib disimak hingga tuntas. Jangan hanya membaca ringkasan atau komentar — dengarkan dari sumber langsungnya. Sebab dari lisannya, tersingkap data dan pengalaman yang tak terbantahkan.


✨ Ringkasan Faedah Lengkap

1. Tantangan Eksternal terhadap Salafi

  • Di Malaysia, Salafi sering disamakan dengan Wahabi dan jihadis. Ini hasil narasi sepihak dari kelompok yang menentang dakwah pemurnian.

  • Bahkan insiden yang tidak berkaitan pun diseret menjadi tuduhan terhadap Salafi, seperti penamparan imam oleh orang dengan gangguan jiwa, yang lantas dijadikan "bukti" bahaya Wahabi.

  • Data dari aparat menunjukkan bahwa mayoritas pelaku kekerasan bukanlah bermazhab Salafi, tetapi orang awam yang semangatnya tinggi namun tanpa ilmu.

2. Regulasi Dakwah yang Membatasi

  • Di Malaysia, untuk berdakwah di masjid, seseorang harus memiliki tauliah (izin resmi) dari Majlis Agama Negeri.

  • Sistem ini idealnya menjaga kemurnian dakwah, namun sering disalahgunakan oleh pihak yang anti-Salafi untuk membatasi akses mereka, meski memiliki gelar akademik tinggi.

  • Tauliah Salafi kerap ditarik, sementara yang lain justru diberi izin walaupun secara kapasitas keilmuan masih dipertanyakan.

3. Kreativitas Dakwah via Media Sosial

  • Salafi memanfaatkan platform daring untuk menyalurkan ilmu dan menjawab stigma.

  • Tekanan dari institusi justru melahirkan inovasi: ceramah daring, forum terbuka, dan debat ilmiah menjadi ruang baru untuk menjelaskan manhaj Salafi secara langsung.

4. Kritik terhadap Ritual Budaya Populer

  • Dikecamnya praktik-praktik seperti selawatan yang bercampur dengan konser, bahkan diiringi rokok di atas panggung — sesuatu yang disebut sebagai penghinaan terhadap ruh ibadah.

  • Disorot pula bagaimana ritualisasi ini dibungkus dengan label agama, namun kehilangan substansi tauhid dan pengagungan terhadap Sunnah.

5. Perbedaan antara Salafi dan Asyairah-Maturidiyah

  • Disinggung perbedaan mendasar dalam pendekatan akidah: Salafi mengagungkan nash dan menolak pendekatan filsafat yang dipakai Asyairah-Maturidiyah.

  • Pendekatan filsafat membuat dakwah sulit dicerna oleh awam dan muallaf, berbeda dengan kejelasan dakwah Salafi.

6. Fragmentasi Internal Salafi

  • Perpecahan sering bukan karena perbedaan manhaj, tapi soal isu cabang: isbal, demonstrasi, atau sikap terhadap pemerintah.

  • Menyeru pada kematangan sikap, menyatukan diri di atas prinsip akidah dan metode salaf, bukan terpecah oleh furu’ yang ijtihadiyah.

7. Politik, Demokrasi, dan Sikap terhadap Pemerintah

  • Dibahas juga soal sikap terhadap pemerintah, serta kekeliruan sebagian da’i Salafi yang terlalu literal dalam menafsirkan nash tentang kepemimpinan.

  • Penjelasan tentang perbedaan konteks sistem khilafah zaman Nabi ﷺ dengan sistem demokrasi modern sangat mengedukasi.

8. Kematangan Salafi dalam Isu Kontemporer

  • Salafi kini lebih matang, banyak asatizah muda yang tanggap isu Palestina, ekonomi, politik — menjadikan Salafi bukan sekadar madzhab keilmuan, tapi juga pedoman sosial umat.

9. Kelebihan Salafi dibanding Kelompok Lain

  • Minim skandal moral, tidak banyak kasus penipuan atau penyimpangan seksual.

  • Lebih fokus pada pengajaran berbasis dalil dan hujjah, bukan semata-mata retorika populer.

10. Seruan untuk Akhlak dalam Berdakwah

  • Mengingatkan pentingnya menjaga akhlak, terutama di media sosial, agar tidak mencemari manhaj yang suci.

  • Akhlak yang buruk bisa menjadi penghalang tersebarnya dakwah walaupun hujjahnya benar.


📌 Penutup: Dakwah Ini Perlu Disampaikan, Walau Tak Selalu Diterima

Ceramah ini bukan sekadar klarifikasi terhadap fitnah, tapi juga refleksi jujur terhadap tantangan dan kelemahan internal. Dalam era fitnah dan perang wacana, Salafi tidak boleh hanya benar dalam ilmu, tetapi juga kuat dalam akhlak dan cerdas dalam strategi.

Mari dengarkan ceramah ini sampai tuntas. Karena hanya dengan ilmu yang lurus dan niat yang bersih, kita bisa menilai, membela, dan menyebarkan kebenaran yang diwariskan oleh generasi terbaik umat ini.

Semoga Allah meneguhkan kita di atas jalan tauhid dan sunnah.

والله ولي التوفيق