KAIDAH-KAIDAH DALAM MENGENALI BID'AH

📘 قواعد معرفة البدع

Kaidah-Kaidah dalam Mengenal Bid‘ah

Karya: Prof. Dr. Muḥammad bin Ḥusain al-Jīzānī - Dosen Ilmu Ushul Fiqh Universiti Islam Madinah

Penerbit: Dār Ibn al-Jawzī


🌟 مُقَدِّمَةُ الكِتَاب

Pendahuluan Kitab

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الحمد لله على الإسلام والسنة والعافية، فإن سعادة الدنيا والآخرة ونعيمهما مبني على هذه الأركان الثلاثة، وما اجتمعن في عبد يوصف بالكمال إلا وقد كملت نعمة الله عليه، وإلا فَنَصِيبُهُ من نعمة الله بحسب نصيبه منها.

Segala puji hanya milik Allah atas nikmat Islam, Sunnah, dan kesehatan (‘āfiyah).
Sesungguhnya kebahagiaan dunia dan akhirat, serta seluruh kenikmatannya, berpijak pada tiga pilar utama ini. Tidaklah ketiganya terkumpul dalam diri seorang hamba — hingga ia layak digambarkan sebagai pribadi yang sempurna — kecuali itu berarti nikmat Allah telah sempurna atas dirinya.
Sebaliknya, jika salah satu dari tiga nikmat itu hilang, maka bagian kenikmatannya pun akan berkurang sebanding dengan kadar yang hilang darinya.


والصلاة والسلام على المبعوث رحمة للعالمين، وعلى آله وصحبه أجمعين، والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين.

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, juga kepada keluarga beliau, para sahabat, dan pengikut mereka yang berjalan dalam kebaikan hingga hari kiamat.


⚖️ مقام تحديد اسم البدعة وضبط معناها

أما بعد، فإن الناس في تحديد مسمى البدعة وضبط معناها فريقان:

Adapun setelah itu, ketahuilah — semoga Allah merahmati Anda — bahwa umat Islam berbeda pandangan dalam menentukan definisi (taʿrīf) bid‘ah dan batasannya. Mereka terbagi menjadi dua kelompok utama:


🟥 فريق بالغ في التبديع، وتَساهَل في الحكم بالبدعة على كل محدثة أو قضية لم يبلغه دليلها، وهؤلاء جعلوا باب الابتداع واسعاً، وربما أدرجوا تحت مسمى البدعة شيئاً من الشريعة والسنة.

Kelompok pertama adalah mereka yang berlebih-lebihan dalam mentabdi‘ (menganggap sesuatu sebagai bid‘ah), dan terlalu longgar dalam menjatuhkan hukum bid‘ah terhadap setiap perkara baru (muḥdathah) atau persoalan yang belum sampai kepada mereka dalilnya.

🔍 Penjelasan istilah:
المحدثة (muḥdathah) adalah sesuatu yang baru terjadi dalam agama setelah masa Nabi ﷺ, baik dalam bentuk keyakinan atau praktik.

Kelompok ini menjadikan pintu bid‘ah sangat luas, hingga tak jarang mereka memasukkan hal-hal yang sebenarnya termasuk bagian dari syariat dan Sunnah ke dalam kategori bid‘ah.


🟩 وفريق تساهل في الأخذ بالبدعة، وتوسَّع في ارتكابها، وهؤلاء جعلوا باب الابتداع ضيّقاً لا يدخل فيه سوى البدع الأمهات، وكبائر المحدثات، وربما وصل الحال بهم إلى إدراج الكثير من البدع والمحدثات تحت مسمى الشريعة والسنة.

Kelompok kedua justru sebaliknya. Mereka terlalu permisif dalam menerima bid‘ah, dan terlalu luas dalam melakukan inovasi dalam agama.

Mereka menjadikan pintu bid‘ah sangat sempit, hingga hanya bid‘ah-bid‘ah besar saja yang mereka anggap sebagai bid‘ah — seperti bid‘ah dalam akidah atau ibadah-ibadah pokok — dan mereka mengabaikan banyak hal baru yang menyelisihi syariat.

Akibatnya, banyak bid‘ah dan perkara baru yang mereka masukkan ke dalam kategori syariat dan Sunnah.


🔍 بين الإفراط والتفريط: النظر المنهجي

فانظر رحمك الله كيف أن الفريق الأول وسَّعوا مسمى البدعة حتى أدخلوا فيه ما ليس منه، وهم في المقابل قَصَّروا مسمى الشريعة على ما عرفوه وألفوه من الموازين والأحكام، حتى أخرجوا من مسمى الشريعة بعض ما هو منها.

Maka perhatikanlah — semoga Allah merahmatimu — bagaimana kelompok pertama telah memperluas makna bid‘ah hingga mereka memasukkan perkara-perkara yang sebenarnya bukan bagian darinya.

Di saat yang sama, mereka menyempitkan definisi syariat, membatasi hanya pada apa yang mereka kenal dan terbiasa dengannya dari kaidah-kaidah dan hukum-hukum, sehingga sebagian perkara yang sebenarnya bagian dari syariat pun mereka keluarkan dari syariat.


وانظر كيف أن الفريق الآخر ضَيَّقوا مسمى البدعة حتى أخرجوا منه بعض أفراده، وهم في المقابل وسَّعوا مسمى الشريعة والسنة حتى أدخلوا فيه ما ليس منه.

Sebaliknya, perhatikan pula bahwa kelompok kedua menyempitkan definisi bid‘ah secara berlebihan, hingga mereka mengeluarkan sebagian bentuk bid‘ah dari cakupannya, dan mereka memperluas makna syariat dan Sunnah secara tidak proporsional, hingga memasukkan hal-hal yang bukan bagian darinya.


🧠 فائدة منهجية للباحث

ومن هنا يتبين لك – أيها الناظر – ما عند كل فريق من الخطأ في ضبط معنى البدعة، وهو الذي أَثَّر الخطأ في معنى السنة، إذ السنة والبدعة معنيان متقابلان، وعلم بهذا أن كل فريق أخذ بطرَف، مائل به عن الوسط.

Dari sini akan tampak jelas bagi Anda — wahai pencari ilmu — bahwa setiap kelompok melakukan kesalahan dalam membatasi makna bid‘ah, yang pada akhirnya berpengaruh pada kesalahan dalam memahami makna Sunnah.

Karena Sunnah dan bid‘ah adalah dua istilah yang saling berlawanan, maka siapa yang salah dalam memahami satu istilah, niscaya ia juga akan keliru dalam memahami yang lainnya.
Maka jelaslah bahwa masing-masing kelompok telah mengambil posisi ekstrem — baik berlebihan maupun meremehkan — dan menyimpang dari jalan tengah (الوسط).


📌 إشارة ابن تيمية رحمه الله

وقد أشار ابن تيمية إلى نحو ذلك بقوله: "لكن أعظم المهم في هذا الباب وغيره تمييز السنة من البدعة؛ إذ السنة ما أمر به الشارع، والبدعة ما لم يشرعه من الدين."

Ibn Taymiyyah رحمه الله telah menyampaikan hal yang semakna dalam ucapannya:

“Namun hal yang paling penting dalam bab ini dan lainnya adalah membedakan antara Sunnah dan bid‘ah.
Karena Sunnah adalah apa yang diperintahkan oleh Syarī‘ (Allah dan Rasul-Nya), sedangkan bid‘ah adalah apa yang tidak disyariatkan dalam agama.”

📝 Rujukan: al-Istiqāmah, 1/132


فإن هذا الباب كثر فيه اضطراب الناس في الأصول والفروع، حيث يزعم كل فريق أن طريقه هو السنة، وطريق مخالفه هو البدعة، ثم إنه يحكم على مخالفه بحكم المبتدع، فيقوم من ذلك من الشر ما لا يحصيه إلا الله.

Bab ini — yaitu pembahasan seputar Sunnah dan bid‘ah — telah menjadi sumber kekacauan besar di kalangan umat, baik dalam hal-hal pokok (uṣūl) maupun cabang (furūʿ).

Setiap kelompok mengklaim bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan Sunnah, dan jalan orang yang menyelisihinya adalah jalan bid‘ah.
Lalu mereka menghukum pihak yang berbeda dengan hukum sebagai ahli bid‘ah (mubtadi‘).
Dari sinilah muncul berbagai kerusakan dan fitnah, yang hanya Allah saja yang mengetahui sejauh mana keburukannya.



وكان الواجب إعطاء البدعة معناها دون إجحاف ولا إسراف.

Sudah seharusnya (wājib) memberikan makna bid‘ah dengan adil, tanpa mengurangi (iḥjāf) maknanya dan juga tanpa berlebihan (isrāf) dalam penggunaannya.

📌 Penjelasan:

  • إجحاف (Iḥjāf): Mengurangi hak atau makna suatu perkara secara tidak semestinya.

  • إسراف (Isrāf): Melampaui batas, berlebihan.


وإنما يتمهَّد هذا الواجب بوضع ضوابط جليَّة لمعنى البدعة، ورسم معالم بيّنة لحدودها، وما يدخل فيها وما لا يدخل.

Dan kewajiban ini tidak akan terlaksana dengan baik kecuali dengan cara menyusun kaidah-kaidah yang jelas (ḍawābiṭ jalīyah) untuk makna bid‘ah, serta menetapkan batasan-batasan yang terang mengenai apa saja yang termasuk di dalamnya dan apa yang tidak termasuk.


وبهٰذا يأتي الحكم على أحد البدع وأعيانها، وذلك عندما تُردّ كل بدعة إلى قواعدها الكلية.

Dengan cara inilah dapat ditetapkan hukum terhadap satu jenis bid‘ah secara spesifik maupun bentuk-bentuk cabangnya, yaitu dengan mengembalikan setiap bentuk bid‘ah kepada kaidah-kaidah ushuliyyah yang bersifat kulliyyah (umum dan menyeluruh).

📌 Penjelasan istilah:

  • قواعد كلية (Qawāʿid kulliyyah): Kaidah-kaidah umum dalam ilmu Ushūl Fiqh yang menjadi dasar penerapan hukum terhadap banyak kasus.


🧠 Pentingnya Kaidah dalam Mengenal Bid‘ah

من هنا تظهر أهمية تحديد القواعد التي تُعرف بها البدع.

Dari sini tampaklah betapa pentingnya menetapkan kaidah-kaidah yang digunakan untuk mengenali bid‘ah.


ومن جهة أخرى، فإنّ ضبط الأمور المنتشرة المتعددة، وإجمال الأحكام الكثيرة المتفرقة أوعى لحفظها، وأدعى لرسوخها.

Dari sisi lain, pengumpulan hukum-hukum yang banyak dan tersebar dalam bentuk kaidah-kaidah yang ringkas, menjadikan hukum-hukum itu lebih mudah untuk dihafal dan lebih kuat tertanam dalam pikiran.

📌 Penjelasan: Ini adalah metodologi ushuliyyah klasik: menyusun perkara-perkara yang berserakan ke dalam bentuk kaidah-kaidah baku, agar mudah dipahami, diingat, dan diterapkan.


والحكيم إذا أراد التعليم لا بد له أن يجمع بين بيانين: إجمالي تتشوّق إليه النفس، وتفصيلي تسكن إليه.

Seorang pengajar yang bijak, apabila ingin menyampaikan ilmu, maka ia wajib menggabungkan dua bentuk penjelasan:

  1. Penjelasan global (ijmālī) yang membuat hati terdorong ingin tahu lebih dalam,

  2. Penjelasan rinci (tafsīlī) yang menenangkan dan memuaskan jiwa dalam memahaminya.


🧩 Kaidah-Kaidah Dalam Bab Bid‘ah

وبعد إطالة النظر وإمعان الفكر فيما حرّره أهل العلم في باب البدع والمحدثات، اجتمع لديّ ثلاث وعشرون قاعدة، عليها يقوم الابتداع في الدين، ويلحق بها الإحداث المذموم.

Setelah saya meneliti secara panjang dan mendalam terhadap apa yang telah dijelaskan oleh para ulama dalam bab bid‘ah dan muḥdathāt (perkara-perkara baru dalam agama), maka terkumpullah di hadapan saya 23 kaidah (qāʿidah), yang merupakan fondasi utama dalam mengenal bid‘ah dalam agama.

📌 Dan seluruh bentuk perkara baru yang tercela (الإحداث المذموم) juga kembali kepada kaidah-kaidah ini.


📚 Catatan Kaki (Referensi Ilmiah):

  1. انظر المنشور في القواعد للزركشي: ٢/٦٥٥، ق٦٦.
    ➤ Lihat kitab al-Manshūr fī al-Qawāʿid karya al-Zarkashī, 2/655, Qaidah ke-66.

  2. من أبرز ما كُتب في هذا الباب وأنفعه:
    Di antara karya-karya paling menonjol dan bermanfaat dalam bab ini:

    1. al-Bid‘ah wa al-Nahy ‘anhā karya Ibnu Waḍḍāḥ al-Qurṭubī, wafat 286 H.

    2. al-Muḥdathāt wa al-Bid‘ah karya al-Ṭurṭūshī, wafat 520 H.

    3. al-Ibānah ‘an Inkār al-Bid‘ah wa al-Muḥdathāt karya Abī Shāmah, wafat 665 H.

    4. Iqtiḍā’ aṣ-Ṣirāṭ al-Mustaqīm li-Mukhālafat Aṣḥāb al-Jaḥīm karya Ibnu Taymiyyah, wafat 728 H.

    5. al-I‘tiṣām karya al-Shāṭibī, wafat 790 H.


ومن الموافقات اللطيفة أن يوافق عدد هذه القواعد عدد سني البعثة المحمدية ﴿إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ﴾

Termasuk bentuk kesesuaian yang lembut dan patut dicatat adalah bahwa jumlah kaidah-kaidah ini bertepatan dengan jumlah tahun kenabian Nabi Muhammad ﷺ, yakni 23 tahun. Hal ini mengandung isyarat yang sesuai dengan firman Allah Ta‘ālā:

﴿إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ﴾
"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang memiliki hati atau yang menyimak dengan penuh perhatian." (Q.S. Qāf: 37)


وقد رأيت أن أجعل بين يدي هذه القواعد مدخلين: أُوضحهما في حد البدعة، وثانيهما في الأصول الجامعة للابتداع.

Aku memandang bahwa perlu disusun dua pendahuluan sebelum memasuki pembahasan kaidah-kaidah tersebut:

  1. Pendahuluan pertama: berkaitan dengan taʿrīf dan ḥadd (batasan) dari bid‘ah.

  2. Pendahuluan kedua: berkaitan dengan prinsip-prinsip umum (al-uṣūl al-jāmi‘ah) yang melandasi seluruh bentuk bid‘ah.


📍 المدخل الأول في حد البدعة

Pendahuluan Pertama: Menentukan Batasan Bid‘ah

Pada bagian ini akan dibahas delapan permasalahan utama, yaitu:

  1. Makna bid‘ah secara bahasa.

  2. Makna bid‘ah dalam istilah syariat.

  3. Perbandingan antara makna bahasa dan makna syar‘i.

  4. Hubungan antara al-ibtidāʿ (membuat sesuatu yang baru) dan al-iḥdāth (pengadaan perkara).

  5. Hubungan antara bid‘ah dan sunnah.

  6. Hubungan antara bid‘ah dan maksiat.

  7. Hubungan antara bid‘ah dan maṣlaḥah mursalah (kemaslahatan yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam nash).

  8. Karakteristik (khaṣā’iṣ) bid‘ah.


📍 المدخل الثاني في الأصول الجامعة للابتداع

Pendahuluan Kedua: Prinsip-Prinsip Umum yang Menghimpun Semua Bentuk Bid‘ah

Dalam bagian ini akan dijelaskan tiga prinsip utama yang menjadi landasan bagi seluruh bentuk bid‘ah:

  1. الأصل الأول: التقرب إلى الله بما لم يشرع
    ➤ Mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyariatkan.

  2. الأصل الثاني: الخروج على نظام الدين
    ➤ Keluar dari sistem dan aturan agama.

  3. الأصل الثالث: الذرائع المفضية إلى البدعة
    ➤ Sarana-sarana yang mengarah dan membuka jalan kepada bid‘ah.


📘 موضوع الكتاب وعموده

أما موضوع هذا الكتاب وعمود فسطاطه، فهو بيان القواعد التي تُعرف بها البدع، فقد قسمته إلى ثلاثة أقسام؛ بناءً على أن هذه القواعد – وعددها ثلاث وعشرون – راجعة إلى أصول ثلاثة، وذلك على النحو التالي:

Adapun tema utama dari kitab ini serta pokok pembahasannya adalah:
menjelaskan kaidah-kaidah yang dengannya seseorang dapat mengenali bid‘ah.

Aku membagi kaidah-kaidah ini menjadi tiga bagian utama, berdasarkan pada tiga prinsip (uṣūl) pokok, dan jumlah keseluruhan kaidahnya adalah 23. Adapun rincian pembagian tersebut adalah sebagai berikut:


✅ الأصل الأول: التقرب إلى الله بما لم يشرع

Prinsip Pertama: Mendekatkan Diri kepada Allah Dengan Sesuatu yang Tidak Disyariatkan

Bagian ini mencakup sepuluh kaidah, di antaranya:

  1. العبادة المستندة إلى حديث مكذوب
    ➤ Ibadah yang bersandar kepada hadis yang dusta.

  2. العبادة المستندة إلى الهوى والرأي المجرد
    ➤ Ibadah yang didasarkan pada hawa nafsu dan pendapat rasional belaka tanpa dalil.

  3. العبادة المخالفة للسنة التركیة
    ➤ Ibadah yang menyelisihi Sunnah Tarkiyyah
    (yaitu sunnah Nabi ﷺ dalam bentuk tidak melakukan sesuatu yang padahal ada faktor yang mendorong untuk dilakukan, namun Nabi ﷺ tidak melakukannya).

  4. العبادة المخالفة لعمل السلف
    ➤ Ibadah yang menyelisihi praktik generasi salaf.