📘 Ketika “Jahil” Bukan Sekadar Tak Tahu, Tapi Memilih Tersesat
🧭 Dalam era informasi yang melimpah, anehnya kita menyaksikan semakin banyak orang yang berani bersuara tentang agama—tanpa ilmu, tanpa bimbingan, bahkan tanpa malu. Mereka membongkar-balik akidah, mempertanyakan keesaan Allah ﷻ, menolak kerasulan Nabi Muhammad ﷺ, hingga mengolok-olok syariat. Anehnya lagi, sebagian dari mereka adalah orang terpelajar, memiliki pangkat, atau pernah berada di lingkungan akademik. Tapi mereka jatuh pada sebuah fenomena yang disebut oleh para ulama sebagai الضلال المُختار — kesesatan yang dipilih.
📌 Sebagian kekeliruan lahir dari ketidaktahuan, itu bisa ditoleransi dan dibimbing. Tapi ketika kebodohan dibungkus dengan arogansi, dan kesesatan ditegakkan atas nama kebebasan berpikir, maka ini bukan sekadar jahil, tapi kekufuran yang disengaja.
Tazkirah ini membuka tabir berbagai pernyataan ekstrem yang menyimpang, seperti:
-
Menyebut bahwa Allah adalah nama berhala
-
Menyandingkan syahadat dengan nama-nama Nabi selain Muhammad ﷺ
-
Mengklaim bahwa Islam adalah agama etnik Melayu
-
Menyatakan bahwa Al-Qur’an bukan wahyu, tapi susunan manusia
-
Menuduh Hajarul Aswad sebagai objek kesyirikan umat Islam
-
Menolak poligami padahal ia dinyatakan dalam Al-Qur’an
-
Mengangkat ritual-ritual rekaan sebagai “ibadah yang lebih murni” dari syariat Islam
🔎 Semua ini bukan sekadar perbedaan tafsir, tapi penghancuran dasar-dasar Islam yang paling mendasar: tauhid, kerasulan, dan wahyu.
💥 Maka pertanyaannya: Apakah kita berhadapan dengan orang yang jahil? Ataukah dengan orang yang memilih untuk sesat?
📚 Ringkasan Faedah Utama Kajian: “Jahil atau Kesesatan Terpilih”
1. Definisi dan Bahaya Kesesatan
-
Kata "sesat" dalam Islam adalah istilah serius; disebut dalam Surah Al-Fātiḥah:
غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
-
Kesesatan berarti menyimpang dari akidah yang benar, dan memiliki tingkatan:
-
Ada yang sesat namun belum kufur (contoh: memahami kelebihan Ali secara berlebihan)
-
Ada yang sesat sekaligus kufur (contoh: menafikan kerasulan Nabi Muhammad ﷺ)
-
2. Syahadat: Kenapa Hanya Disebut Nama Nabi Muhammad ﷺ
-
Mengucapkan "Muhammadur Rasulullah" bukan mengingkari nabi lain, tapi mengakui pintu kebenaran seluruhnya datang lewat Nabi Muhammad ﷺ.
-
Menyatakan syahadat pada nabi-nabi lain tanpa pengakuan terhadap Rasulullah ﷺ adalah kekeliruan fatal.
3. Fitnah terhadap Allah: Menganggap Allah adalah Berhala
-
Menyandarkan nama Allah pada berhala adalah kekufuran terang-terangan.
-
Islam menolak keberhalaan secara total sejak awal dakwah, dan Allah ﷻ tidak pernah disamakan dengan objek sembahan kaum musyrik.
4. Poligami dalam Islam
-
Poligami dibolehkan dalam Al-Qur’an:
فَانكِحُوا مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ (QS. An-Nisā’: 3)
-
Menolak poligami berarti menolak hukum yang jelas disebut dalam wahyu, apalagi jika diingkari secara mutlak.
5. Kesesatan Ideologis: “Agama Melayu” dan Rasialisme
-
Mengklaim bahwa Islam adalah agama Melayu adalah bentuk kejumudan etnosentris.
-
Islam bersifat universal dan tidak terikat ras atau bangsa:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ (QS. Al-Ḥujurāt: 13)
-
Mengangkat suku atau bangsa sebagai basis kebenaran agama adalah jalan menuju kesesatan nasionalistik.
6. Fitnah terhadap Al-Qur’an
-
Menuduh Al-Qur’an sebagai “susunan manusia” atau “bukan wahyu” adalah penghinaan terhadap wahyu Ilahi.
-
Al-Fātiḥah adalah contoh ayat yang Allah ajarkan kepada kita, bukan kata-kata manusia.
7. Hajarul Aswad dan Syiar Ibadah
-
Islam tidak pernah menjadikan Hajarul Aswad sebagai sesembahan. Ia hanya bagian dari syiar yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
-
Sayyidina Umar pernah berkata:
إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع، ولولا أني رأيت رسول الله يقبلك ما قبلتك
“Aku tahu engkau hanyalah batu, tidak memberi mudarat maupun manfaat. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah menciummu, aku tak akan menciummu.” (HR. Bukhari)
8. Kesesatan dalam Metode Sejarah dan Tafsir Agama
-
Menyatakan Nabi Sulaiman atau Nabi Ibrahim berasal dari etnis Melayu tanpa bukti sanad atau disiplin sejarah yang valid adalah khayalan.
-
Dalam Islam, kebenaran sejarah diukur dengan riwayat dan sanad, bukan spekulasi atau “rasa” budaya.
9. Penolakan terhadap Islam sebagai Agama Wahyu
-
Mengklaim adanya “Islam Arab” dan “Islam Qur’an” adalah upaya memecah belah agama.
-
Islam bukan milik etnis Arab, namun wahyu disampaikan melalui bahasa Arab yang kuat dan universal.
✊ Penutup Reflektif
Ketika manusia mulai berbicara tentang Tuhan, wahyu, dan syariat tanpa ilmu; ketika “rasa” menggantikan dalil; dan ketika simbol suku lebih diagungkan daripada akidah — maka saat itu kita bukan hanya berhadapan dengan orang yang jahil, tapi dengan kesesatan yang dipilih dan dipertahankan.
🚫 Tidak semua yang bersuara lantang sedang mencari kebenaran. Sebagian justru sedang memadamkan cahaya—dengan membungkus kebatilan atas nama pembaharuan.
Maka tazkirah ini adalah alarm keras, bukan hanya untuk membantah kekeliruan, tapi untuk menjaga akidah umat dari virus pemikiran yang terdistorsi. Dengarkan dengan hati. Renungkan dengan akal. Dan sebarkan untuk menjaga warisan iman.