MENJAWAB ISU AKIDAH, TAKFIR, DAN TRADISI

Q&A dengan Pegawai PDRM (Polisi Diraja Malaysia) Negeri Perlis. Pembentangan sebelumnya klik di sini

Oleh: 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA 
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

🌙 Saatnya Tenang, Tapi Jelas

Bicara soal akidah dan fikih memang bukan hal sepele. Kadang sensitif, kadang menimbulkan debat, tapi tetap harus dibahas — dengan ilmu, bukan emosi.

Dalam sesi yang berlangsung hangat dan terbuka ini, Dato’ Dr. MAZA (Mufti Perlis) berdialog langsung dengan para anggota Polisi Diraja Malaysia (PDRM). Topik yang dibahas tidak ringan:

  • Tentang siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah

  • Apakah wajar satu mazhab didominasi dan lainnya diabaikan?

  • Isu ekstremisme dan label "pengganas" atas beda fikih

  • Sampai praktik-praktik tradisi seperti talkin di kubur — apakah ada dasarnya?

Sesi ini bukan ruang debat, tapi ruang menjernihkan. Karena dalam beragama, kadang kita butuh duduk sejenak... untuk benar-benar mendengar.


📌 Ringkasan Poin-Poin Utama Q&A Mufti Perlis x PDRM


1. 🏷️ RUU Wilayah: Mengapa Perlis Menolak?

  • RUU tersebut hanya mengakui Asya’irah & Maturidiyah sebagai bagian dari Ahlus Sunnah.

  • Padahal, pemahaman salaf (sahabat, tabi’in) tidak termasuk dalam kategori itu secara formal, meski mereka adalah sumber awal Ahlus Sunnah.

  • Perlis menilai ini tidak adil dan menyempitkan definisi umat Islam.

2. 📚 Siapa Itu Ahlus Sunnah Wal Jamaah?

  • Bukan hanya kelompok tertentu atau yang banyak pengikut.

  • Tapi mereka yang berpegang pada Al-Qur’an, Sunnah, dan pemahaman generasi awal umat Islam.

  • Tidak semestinya semua umat Islam di Malaysia harus mengaku sebagai Asya’irah.

3. ⚠️ Label “Ekstremis” yang Dipolitisasi

  • Istilah seperti "ekstremis", "radikal", dan "teroris" adalah istilah buatan Barat yang digunakan untuk mengontrol dan membungkam umat Islam.

  • Dulu tidak ada orang Islam yang dituduh seperti itu — baru muncul setelah penjajahan dan perang dunia modern.

  • Bahkan hanya karena tidak membaca qunut atau membaca Bismillah pelan, seseorang bisa dicurigai.

KEFAHAMAN AHLI SUNNAH WAL JAMA'AH

Kuliah Agama Untuk Pegawai PDRM (Polis Diraja Malaysia) Negeri Perlis

Oleh: 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA 
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

🧩 Ahli Sunnah Itu Bukan Cuma Label

Zaman sekarang, istilah “Ahli Sunnah wal Jamaah” sering banget disebut. Tapi jujur aja... Berapa banyak dari kita yang benar-benar paham apa maknanya?

Apakah cukup ngaku “saya ikut Ahli Sunnah” lalu otomatis aman dari kesalahan? Apakah setiap ustaz atau tokoh agama yang populer pasti mewakili pemahaman yang benar?

Dalam kuliah yang satu ini, Mufti Negeri Perlis Dato’ Dr. MAZA ngajak kita mundur sejenak—bukan untuk nostalgia, tapi untuk meluruskan fondasi akidah dari awalnya. Versi "first generation", langsung dari para sahabat Nabi ﷺ, sebelum masuknya berbagai ideologi dan filsafat asing ke dalam pemikiran Islam.

Dengan bahasa yang lugas tapi tetap santun, beliau menjelaskan:

  • Apa itu Ahli Sunnah yang sebenarnya

  • Bagaimana sejarahnya bisa bercabang jadi beberapa aliran

  • Dan kenapa pendekatan Negeri Perlis memilih untuk kembali ke dasar yang paling awal dan murni

Ini bukan ajakan untuk membenci perbedaan. Tapi ajakan untuk kembali jujur pada ilmu, bukan hanya ikut arus atau sekadar label.

Kalau kamu mau memahami agama dengan dalil, bukan warisan yang gak ditanya, ceramah ini sangat layak untuk kamu simak. Tenang aja, meskipun temanya berat, cara penyampaiannya tetap santai dan mudah dicerna.

Yuk mulai dari sini—karena memahami “Ahli Sunnah” itu bukan perkara kecil. Ini fondasi. Dan fondasi yang benar akan menuntun langkah kita sampai akhir.


📌 Ringkasan Poin-Poin Utama :


1. Tujuan Beragama: Bukan Sekadar Label

  • Menjadi Muslim bukan karena KTP, budaya, atau warisan, tapi karena keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai jalan keselamatan.

  • Agama mengatur hidup kita karena tujuannya jelas: menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.

2. Peran Wahyu dan Rasul

  • Tanpa wahyu, manusia cuma bisa mereka-reka siapa Tuhan dan apa yang Dia mau.

  • Wahyu dan Rasul dibutuhkan agar manusia tidak membuat agama sendiri.

  • Nabi ﷺ datang membawa dua hal utama: akidah (keyakinan) dan syariat (aturan hidup).

3. Siapa Itu Ahli Sunnah Wal Jamaah (ASWJ)?

  • Ahli Sunnah Wal Jamaah = mereka yang berpegang kepada sunnah Nabi dan pemahaman para sahabat.

  • Mereka tidak mentakwil atau menyimpangkan sifat Allah.

  • Contoh: Allah beristiwa di atas Arasy, Allah berkata-kata, Allah punya tangan — semua itu diyakini sebagaimana adanya, tanpa menyerupakan dengan makhluk dan tanpa membayangkan bentuknya.

KENAPA ALLAH CIPTAKAN MANUSIA KALAU AKHIRNYA MASUK NERAKA

Risalah Untuk Semua ; Non-Muslim Bertanya Islam Menjawab

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Negeri Perlis

Kalau Allah Maha Tahu, Kenapa Masih Ciptakan Orang yang Akhirnya Masuk Neraka?

Jujur aja — ini pertanyaan yang banyak orang simpan dalam hati, tapi gak semua berani ngomongin.
Ada yang takut dibilang kurang iman.
Ada yang takut dibilang lancang.
Padahal, ini pertanyaan wajar yang muncul dari hati yang lagi cari makna.

Seorang non-Muslim mengajukan pertanyaan ini ke Mufti Perlis, dan jawabannya?
Tenang, masuk akal, dan bikin hati diem.

Ini bukan jawaban textbook.
Ini bukan debat dalil.
Ini tentang kenapa hidup itu terasa berat, kenapa syurga gak gratis, dan kenapa Allah masih kasih kita pilihan walau Dia tahu ujungnya.

Kalau kamu pernah kepikiran:

  • “Kenapa aku lahir begini?”

  • “Kalau Allah sayang, kenapa hidupku susah?”

  • “Kalau Allah tahu aku bakal masuk neraka, kenapa masih diciptakan?”

🎧 Dengarkan ini. Bukan untuk menang, tapi untuk tenang.
Karena yang nanya bukan musuh, tapi manusia. Dan Islam menjawab bukan dengan marah, tapi dengan hikmah.


📌 Ringkasan Poin-Poin Utama Ceramah:

🧠 1. Boleh Gak Kita Tanya “Kenapa Allah Lakukan Ini”?

  • Dalam teologi klasik (Asy’ariyah & Maturidiyah), tidak boleh tanya “kenapa Allah buat begini?”

  • Tapi realitanya, Al-Qur’an justru ajak kita berpikir — bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu secara sia-sia.

  • “Apakah kamu kira Kami menciptakan kamu main-main?” (Q.S. Al-Mu’minun)

⚖️ 2. Ada Hal yang Kita Anggap Buruk, Tapi Penuh Hikmah

  • Seperti anak kecil yang merasa “dokter jahat” karena disuntik — padahal itu untuk kebaikannya.

  • Begitu juga manusia — kita sering gak paham kenapa hidup ini terasa berat, padahal ada hikmah besar di baliknya.

MENGURAI SALAH PAHAM TENTANG ISLAM

Risalah Untuk Semua ; Dialog Harmoni dengan Non-Muslim

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Negeri Perlis

Ketika Non-Muslim Bertanya, Islam Menjawab Tanpa Emosi

Apa jadinya jika sekumpulan teman non-Muslim diberi kesempatan untuk bertanya langsung tentang Islam… dan yang menjawab adalah Mufti negeri?

Sesi dialog ini bukan debat, bukan dakwah yang memaksa, dan bukan sesi ceramah satu arah. Tapi benar-benar ruang terbuka untuk bertanya — bahkan pertanyaan sensitif — yang selama ini mungkin disimpan dalam hati:
"Kenapa Muslim tak boleh sentuh anjing?"
"Kenapa wanita Islam harus tutup aurat?"
"Kenapa Islam saja dianggap agama yang benar?"

Dengan tenang, tegas tapi penuh hormat, Mufti Perlis (Dr. MAZA) menjawab semua itu satu demi satu. Dialog ini adalah bukti bahwa Islam bisa dibicarakan tanpa marah-marah dan tanpa takut berbeda.

🎧 Dengarkan langsung dialog langka ini.
Karena ini bukan soal siapa menang, tapi soal siapa yang mau memahami.


📋 Ringkasan Poin-Poin Utama:

1. Ka’bah Bukan Berhala

  • Muslim tidak menyembah Ka'bah, hanya menjadikannya sebagai arah kiblat.

  • Ka'bah menyatukan arah ibadah, bukan objek sembahan.

  • Kalau tak tahu arah, bisa salat ke mana saja — karena yang disembah adalah Allah.

2. Kenapa Lelaki dan Perempuan Salat Terpisah

  • Islam mengatur pemisahan barisan agar menjaga kekhusyukan salat.

  • Perempuan salat di belakang bukan karena rendah, tapi untuk menjaga fokus.

  • Tirai/halangan hanya untuk kenyamanan, bukan syarat ibadah.

MENJAWAB RASA PENASARAN NON-MUSLIM TENTANG ISLAM

Risalah Untuk Semua ; Dialog Harmoni dengan Non-Muslim

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Negeri Perlis

"Boleh gak orang bukan Islam ucap 'Assalamualaikum'? Kenapa Islam nampak keras dalam isu-isu tertentu? Emangnya semua yang pakai 'Islam' itu mewakili ajarannya?"

Dialog ini bukan debat. Ini ruang hangat. Ini bukan ceramah satu arah. Ini adalah percakapan jujur antara seorang Mufti dan para warga non-Muslim yang datang dengan pertanyaan-pertanyaan real, resah, bahkan kadang tak puas hati.

Dengan gaya tenang, terbuka, dan penuh adab, Mufti Negeri Perlis menjawab berbagai pertanyaan tajam tentang Islam — dari isu salam, penggunaan nama "Allah", soal hukum, toleransi, sampai konversi agama dan perbedaan budaya.

Kalau kamu ingin tahu bagaimana Islam menjawab isu-isu sensitif dengan hati terbuka, kamu harus dengar dialog ini. Sebuah momen yang langka, tapi penting — bukan cuma untuk memahami Islam, tapi untuk belajar bagaimana berdialog dalam damai.


📝 Ringkasan Poin-Poin Utama:

🌍 1. Islam Agama Universal, Bukan Milik Bangsa Tertentu

  • Allah adalah Tuhan semua, bukan hanya Arab, Melayu atau siapa pun.

  • Tidak ada kelebihan Arab atas non-Arab kecuali karena takwa (taqwa).

  • Rasisme, diskriminasi, dan fanatisme bangsa tidak dibenarkan dalam Islam.

🤝 2. Islam dan Toleransi Antaragama

  • Nabi Muhammad ﷺ berdiri saat jenazah Yahudi lewat — sebagai bentuk penghormatan.

  • Al-Qur'an menyebut bahwa tempat ibadah semua agama harus dijaga.

  • Toleransi adalah bagian dari ajaran Islam, bukan produk modern.

CARA AMAN BUAT ORANG AWAM SAAT KETEMU MASALAH HUKUM AGAMA

Terjemah bebas gaya Gen-Z tapi tetap sopan, Bag. 3:


📌 Judul: “Kaidah Usul & Fikih Buat Muslim Non-Mujtahid”

Penulis: 
Asy-Syaikh Dr. Sa'ad bin Nashir bin 'Abdul 'Aziz Asy-Syatsri 
Anggota Hai'ah Kibaril Ulama di Kerajaan Arab Saudi, seorang penasehat di Pengadilan Kerajaan Saudi setara dengan Menteri, dan juga anggota dewan pengajar di Fakultas Hukum dan Ilmu Politik di Universitas King Saud. 


📘 Bab Pertama

Kaidah-Kaidah Ushul Fikih yang Wajib Dipahami Orang Awam Saat Menghadapi Masalah

Bab ini terdiri dari 3 pembahasan utama:

  1. Hukum Orang yang Berbuat Sesuatu Tapi Gak Tahu Hukumnya

  2. Kenapa Kita Wajib Terikat dengan Hukum-Hukum Syariat

  3. Cara Menemukan dan Menentukan Hukum dalam Islam


🧩 Pembahasan Pertama

Hukum Orang yang Melakukan Sesuatu Padahal Gak Tahu Hukumnya

Para ulama sepakat: sebelum ngelakuin sesuatu, wajib tahu dulu hukumnya. Karena bisa aja perbuatan itu haram. Bahkan, sudah ada ijma' (kesepakatan ulama) bahwa haram hukumnya seseorang ngelakuin sesuatu tanpa tahu dulu hukumnya.

Dari Umar bin Khattab رضي الله عنه, diriwayatkan bahwa beliau gak ngizinin siapa pun berdagang di pasar kecuali orang yang udah paham hukum jual beli. Beliau biasa berkata,
"Jangan ada yang berdagang di pasar kami kecuali orang yang udah ngerti agama."

Para ulama juga menyebutkan: kalau seseorang masuk ke suatu negeri dan gak ada akses ke ulama, dia harus pindah ke tempat lain yang ada ulama dan bisa ditanya. Gak boleh diem aja dalam kondisi jahil, apalagi kalau itu nyangkut ibadah.

KENAPA ORANG AWAM PERLU BELAJAR ILMU USUL FIKIH

Terjemah bebas gaya Gen-Z tapi tetap sopan, Bag. 2:


📌 Judul: “Kaidah Usul & Fikih Buat Muslim Non-Mujtahid”

Penulis: 
Asy-Syaikh Dr. Sa'ad bin Nashir bin 'Abdul 'Aziz Asy-Syatsri 
Anggota Hai'ah Kibaril Ulama di Kerajaan Arab Saudi, seorang penasehat di Pengadilan Kerajaan Saudi setara dengan Menteri, dan juga anggota dewan pengajar di Fakultas Hukum dan Ilmu Politik di Universitas King Saud. 


⚙️ Pengantar: Manfaat Orang Awam Belajar Ilmu Ushul Fikih Secara Global

Tidak wajib bagi orang awam untuk memahami semua kaidah ushul fikih secara mendalam. Tapi mengetahui sebagian kaidah ushul secara umum itu penting banget, karena manfaatnya luar biasa. Di antara manfaat terpentingnya adalah:

  1. Ilmu ushul adalah ilmu syar’i, yang bisa membawa pahala besar bagi siapa pun yang menuntutnya, asalkan niatnya ikhlas karena Allah. Pahala ini juga dijanjikan oleh syariat bagi siapa pun yang menuntut ilmu agama.

  2. Ilmu ushul membekali seseorang dengan kemampuan untuk memahami dan menggali hukum-hukum syariat. Maka dari itu, orang awam bisa naik kelas bila ia memiliki bekal ini, meskipun belum sampai ke level mujtahid.

  3. Ilmu ushul membuat seseorang punya kemampuan untuk memahami dalil-dalil syariat.

  4. Ilmu ushul menjelaskan istilah-istilah ilmiah yang sering digunakan para ulama dalam fatwa dan kitab-kitab mereka. Jadi, orang awam bisa paham isi ucapan dan tulisan mereka.

KAIDAH USUL & FIKIH BUAT MUSLIM NON-MUJTAHID

Terjemah bebas, Bag. 1:


📌 Judul: “Kaidah Usul & Fikih Buat Muslim Non-Mujtahid”

Penulis:
Asy-Syaikh Dr. Sa'ad bin Nashir bin 'Abdul 'Aziz Asy-Syatsri 
Anggota Hai'ah Kibaril Ulama di Kerajaan Arab Saudi, seorang penasehat di Pengadilan Kerajaan Saudi setara dengan Menteri, dan juga anggota dewan pengajar di Fakultas Hukum dan Ilmu Politik di Universitas King Saud. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sa%27ad_Asy_Syatsri


🔰 Mukadimah

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam atas Rasulullah. Amma ba'd:

Tidak diragukan lagi bahwa ilmu ushul merupakan salah satu cabang ilmu syariat yang sangat dianjurkan untuk dipelajari demi mengharap ridha Allah ﷻ. Pahala dari belajar ilmu ini tidak terbatas hanya untuk orang yang ingin mencapai derajat mujtahid, tapi juga untuk orang awam. Bahkan, orang awam yang belajar ushul juga bisa mendapatkan bagian dari pahala tersebut. Banyak ulama non-mujtahid pun terkenal sebagai orang yang menguasai ushul.

Ilmu ushul termasuk dalam fardhu kifayah, artinya umat Islam secara kolektif wajib memastikan adanya sekelompok orang yang mendalami ilmu ini, agar ada yang mampu menggali hukum dari dalil-dalil syariat dan menjelaskan hukum-hukum tersebut kepada masyarakat berdasarkan pemahaman yang benar.

Meski begitu, perlu diketahui bahwa ilmu ushul bagi umat terbagi menjadi dua jenis:

1. Jenis pertama:

Ilmu ushul yang ditujukan untuk mencapai derajat ijtihad, dan dibutuhkan oleh mujtahid agar mampu menggali hukum dari dalil-dalil syariat.
Adapun orang awam, tidak akan mendapatkan manfaat langsung dari ilmu ini selama dia masih dalam status sebagai orang awam. Kecuali jika ia menyempurnakan pelajaran ushulnya hingga benar-benar menguasai cara pengambilan hukum dari dalil. Jika demikian, maka ia pun layak disebut mujtahid. Ilmu jenis ini termasuk fardhu kifayah.

MENGUBAH KEMUNGKARAN, ANTARA ILMU DAN EMOSI

Seminar Fiqh Taghyir Al-Munkar, Dewan Muktamar Pusat Islam Kuala Lumpur

Sesi Panel : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis


Mengubah Kemungkaran Tak Cukup Dengan Semangat — Butuh Ilmu dan Hati yang Jernih

Dalam semangat ingin membela agama, sebagian kita kadang bertindak tanpa ilmu. Begitu melihat kemungkaran, kita buru-buru menghukum, memviralkan, atau bahkan mencela — tanpa menimbang apakah itu cara yang diajarkan Nabi ﷺ.

Padahal, mencegah kemungkaran adalah ibadah besar yang punya aturan dan adabnya. Bukan hanya soal benar atau salah, tapi juga soal kapan, bagaimana, dan apakah itu kewenangan kita. Ceramah ini mengajak kita menelaah dengan jujur:
Apakah kita benar-benar sedang menegakkan kebenaran?
Ataukah kita sedang bertindak atas dorongan emosi?

Mari dengarkan bersama. Agar kita bisa menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dengan hikmah, bukan hanya amarah.


🧠 Ringkasan Poin-Poin Utama Ceramah:

1. Mencegah Kemungkaran adalah Tugas Mulia, Tapi Ada Aturannya

  • Islam memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar, tapi dengan ilmu dan adab, bukan sekadar semangat.
  • Bahkan dalam perang pun ada batas — apalagi dalam dakwah.

2. Tindakan Emosional Bisa Melahirkan Kemungkaran Baru

  • Menegur kemungkaran dengan cara yang salah bisa menyebabkan dosa baru: membuka aib, menyebar fitnah, menuduh tanpa bukti.
  • Ada orang yang menilai suatu perkara sebagai mungkar padahal itu tidak mungkar, atau mungkar yang tidak wajib diubah secara langsung.

FIQH BOIKOT DALAM ISLAM

Podcast Fikrah & Hujah Siri 16 : BOIKOT, Antara Hak (Kemanusiaan) dan Agama

Panelis:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA (Mufti Negeri Perlis) , Prof. Dr. Rozaimi Ramle (AJK Fatwa Negeri Perlis), Ustaz Rizal (Moderator)

Boikot dalam Islam: Antara Hak, Iman, dan Tanggung Jawab Sosial

Di era media sosial, isu boikot bisa jadi trending dalam semalam. Tapi, pertanyaannya: apakah boikot itu hanya soal ikut-ikutan? Atau ada nilai keimanan yang lebih dalam di baliknya?

Podcast ini membahas tuntas tentang hukum, etika, dan pertimbangan syariat dalam aksi boikot. Disampaikan oleh para ulama dan intelektual Muslim dengan gaya santai tapi menusuk logika dan hati. Banyak hal dibahas: dari sejarah boikot, dasar fiqihnya, sampai tantangan netizen hari ini — termasuk soal “kalau kita boikot, kasihan pekerja Muslim di sana gimana?”

Buat kamu yang peduli Palestina, peduli keadilan, dan ingin tahu: “Apakah boikot benar-benar ada dasar dalam Islam, atau cuma emosi sesaat?” Podcast ini wajib banget kamu dengarkan. Tidak menggurui, tapi membuka mata dan nurani.


📝 Rangkuman Poin-Poin Utama: 

1. Boikot itu hak individu, bukan paksaan

  • Seseorang berhak tidak membeli dari toko atau produk tertentu tanpa harus dihakimi.
  • Boikot adalah bentuk protes damai, bukan tindakan destruktif.

2. Dasarnya ada dalam Islam

  • Nabi ﷺ dan para sahabat pernah memboikot atau melemahkan ekonomi musuh.
  • Kisah Sumamah bin Utsal menjadi contoh sah tentang dampak boikot.

3. Boikot adalah bentuk solidaritas dan cinta terhadap agama

  • Jika kita bisa tersinggung saat orang hina orang tua kita, kenapa tak tersinggung saat agama kita dihina?
  • Ini soal iman dan rasa terhadap sesama Muslim, bukan sekadar selera.

SIYASAH DAN ASASNYA DALAM ISLAM

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Politik dalam Islam: Keadilan Bukan Sekadar Nama, Tapi Tanggung Jawab

Bicara soal politik di kalangan umat Islam sering menimbulkan keresahan. Apalagi jika sudah tercampur dengan fanatisme kelompok, hujah agama yang dipotong-potong, dan kepentingan tertentu. Namun sebenarnya, Islam tidak tabu terhadap politik — justru sejak awal Islam sudah membawa prinsip-prinsip kenegaraan dan kepemimpinan yang sangat mendalam.

Melalui ceramah ini, kita diajak untuk melihat politik bukan sebagai perebutan kuasa, tetapi sebagai amanah untuk menjaga keadilan dan maslahat. Disampaikan dengan gaya bicara yang santai, diselingi kisah para sahabat dan sejarah umat Islam, isi ceramah ini mengajak kita untuk berpikir ulang: "Apa tujuan politik dalam Islam? Siapa yang seharusnya memimpin? Haruskah negara itu bernama Islam dulu baru adil, atau cukup tegakkan keadilan untuk menjadi Islamik?"

Kalau kamu ingin memahami bagaimana Islam memandang demokrasi, hudud, sekularisme, hingga kritik terhadap pemerintah — ceramah ini sangat layak kamu dengarkan. Tenang, tidak berat. Tapi menyentuh.

🧭 Rangkuman Poin-Poin Penting Ceramah:

1. Politik dalam Islam: Bukan Hal Asing

  • Islam tidak memisahkan diri dari politik, bahkan sejak awal datang untuk menata urusan manusia.
  • Tujuan utama politik: menjaga kemaslahatan (maslahah) manusia.

2. Prinsip Dasar Politik Islam

  • Dua ciri utama kepemimpinan menurut Al-Qur’an dan sunnah: kuat (kompeten) dan amanah.
  • Berdasarkan QS An-Nisa’ 58 dan kisah Nabi Musa.

SALAF DAN SIYASAH

Seminar Akademik: Maqashid Syariah dalam Siyasah Pentadbiran Umat

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Negeri Perlis (2006-2008, 2015-Now)


Salaf, Politik, dan Wajah Islam yang Bijak

Banyak orang mengira mengikuti manhaj Salaf berarti menjauh dari urusan politik. Padahal, jika kita telusuri sejarah para sahabat dan ulama generasi awal, mereka justru sangat peduli terhadap keadilan, kepemimpinan, dan nasib umat.

Ceramah ini hadir untuk membuka pemahaman bahwa politik dalam Islam bukan soal rebut kekuasaan, tapi soal menegakkan maslahat dan mencegah kezaliman. Dengan bahasa yang jernih dan penuh adab, kita diajak memahami batasan, ruang gerak, dan tanggung jawab kita sebagai Muslim dalam urusan politik.

Ceramah ini bukan hanya membuka wawasan, tapi juga mengajak kita berpikir jernih dan bersikap bijak.

🧠 Ringkasan Poin-Poin Utama Ceramah:

1. Islam Itu Fleksibel dalam Politik, Kaku dalam Ibadah

  • Ibadah harus sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ (tidak boleh ditambah/dikurangi).
  • Tapi urusan kehidupan (termasuk politik) lebih luas dan lentur selama tidak melanggar prinsip syariat.

2. Struktur Politik Berubah Seiring Zaman

  • Zaman Nabi ﷺ: tidak ada kementerian, parlemen, atau sistem birokrasi modern.
  • Zaman Umar bin Khattab: mulai diadopsi sistem administrasi dari Romawi dan Persia.
  • Politik bukan sistem saklek, tapi soal mewujudkan keadilan dan maslahat umat.

3. Banyak Hadis Politik Punya Dimensi Konteks

  • Ucapan Nabi ﷺ bisa berbeda tergantung siapa yang bertanya, waktu, dan tempat.
  • Karena itu, tidak semua hadis diterapkan secara literal di zaman sekarang.

ISLAM MELARANG MEMBODOHKAN AKAL

Oleh :
Prof. Dr. Rozaimi Ramle
AJK Fatwa Negeri Perlis, Rektor Universiti Islam Perlis


Banyak orang berpikir bahwa agama itu soal iman, bukan akal. Padahal, Islam datang justru untuk menghidupkan akal, bukan mematikannya. Wahyu pertama adalah “Iqra’” — perintah untuk membaca, memahami, dan menggunakan daya pikir.

Ceramah ini bukan sekadar ajakan untuk cerdas, tapi peringatan untuk tidak membiarkan akal kita dijajah oleh tahayul, taklid buta, dan kepercayaan yang tidak berdasar. Kenapa Islam melarang tilik nasib? Kenapa menyembah berhala itu dianggap bodoh secara akal, bukan cuma salah secara agama? Dan kenapa Nabi ﷺ menekankan pentingnya mencari ilmu dan berpikir sehat?

🎧 Dengarkan ceramah ini dengan hati terbuka. Karena bisa jadi selama ini, kita terlalu sering ikut-ikutan… dan lupa berpikir.

🧠 Ringkasan Poin-Poin Utama Ceramah:

1. Akal Adalah Karunia, Bukan Beban

  • Islam datang untuk mengangkat manusia dari kebodohan dan kegelapan.
  • Wahyu pertama: Iqra’ (bacalah) — ini adalah sinyal bahwa Islam adalah agama ilmu dan nalar.

2. Islam Memuliakan Akal Sejak Awal

  • Nabi ﷺ tidak langsung melakukan semua perubahan radikal, karena memperhatikan kondisi umat (contoh: Ka’bah tidak langsung dibangun ulang).
  • Islam menghormati akal manusia dan tidak memaksa pemahaman buta.

3. Beriman Tidak Berarti Menutup Akal

  • Hal-hal yang bersifat ghaib memang tidak bisa dijangkau akal sepenuhnya, tapi tidak boleh bertentangan dengan logika dasar.
  • Seperti peristiwa Isra’ Mi’raj: peristiwa yang menakjubkan tapi tetap logis dalam bingkai iman.

4. Jangan Jadikan Agama Ajang Labeling

  • Nabi ﷺ pernah difitnah sebagai orang gila dan tukang sihir — dua hal yang bertentangan logika jika dikombinasikan.
  • Musuh Islam sering menyerang dengan cara menciptakan label untuk menjatuhkan, bukan dengan argumen ilmiah.

LUKA SEJARAH YANG SARAT HIKMAH

Oleh : 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA 
Mufti Kerajaan Negeri Perlis


Ketika Sahabat Berselisih: Luka Sejarah yang Tak Kita Abaikan, Tapi Juga Tak Kita Hakimi

Sejarah umat Islam bukan hanya berisi kemenangan, tapi juga luka-luka besar yang masih membekas hingga hari ini. Salah satunya adalah konflik yang terjadi di antara para sahabat Nabi ﷺ — orang-orang terbaik, murid langsung Rasulullah, yang mencintai Islam dengan sepenuh jiwa.

Ceramah ini tidak mengajak untuk mengungkit aib atau membuka ruang celaan, melainkan mengajak kita memahami dengan hati yang lapang dan akal yang adil:

  • Mengapa terjadi fitnah besar setelah wafatnya Utsman bin Affan?
  • Apa yang sebenarnya terjadi antara Sayyidina Ali, Aisyah r.a., Thalhah dan Zubair?
  • Bagaimana kita menyikapi peristiwa menyakitkan ini sebagai Muslim masa kini?

Kita semua mencintai para sahabat Nabi ﷺ. Mereka manusia — mereka bisa berselisih. Tapi mereka juga orang yang paling dekat dengan Allah dan Rasul-Nya. Daripada mewarisi kebencian, marilah kita warisi pelajaran: (1) Jaga lisan, jaga hati. (2) Utamakan ukhuwah di atas perbedaan. (3) Jadikan sejarah sebagai guru, bukan senjata.

📌 Ringkasan Poin-Poin Utama Ceramah: 

1. Fitnah Besar Dimulai dengan Pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan

  • Utsman dibunuh secara keji dalam keadaan berpuasa dan membaca Al-Qur’an.
  • Para sahabat ingin membelanya, tapi beliau menolak pertumpahan darah terjadi demi dirinya.

2. Kekosongan Kepemimpinan Memicu Kekacauan

  • Selama sekitar 40 hari, umat Islam tidak memiliki khalifah.
  • Kelompok pemberontak mendesak para tokoh sahabat (Thalhah, Zubair, dan Ali) untuk memimpin.

3. Ali bin Abi Thalib Diangkat Menjadi Khalifah dalam Situasi Penuh Fitnah

  • Ali menanggung beban berat dengan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar.
  • Ia memilih menunda hukuman terhadap pembunuh Utsman demi stabilitas umat.

4. Sebagian Sahabat Menuntut Keadilan untuk Utsman Segera

  • Thalhah, Zubair, dan Aisyah r.a. mendesak penegakan hukum atas pembunuh Utsman.
  • Mereka keluar menuju Basrah untuk membangun konsensus, bukan dengan niat perang.

MENYELAMI PERBEDAAN AKIDAH: ASY’ARIYAH, MATURIDIYAH & SALAFIYAH DALAM LINTASAN SEJARAH

Seminar Penerangan Isu-isu Fatwa Peringkat Negeri Perlis 2024

Oleh: 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Dalam sejarah panjang umat Islam, perbedaan bukan hal baru — dan bukan pula sesuatu yang harus selalu dibenturkan. Sebab sejak generasi sahabat, ulama dan para imam besar, khilaf (perbedaan) adalah bagian dari dinamika pemahaman dan pendekatan terhadap dalil. Ceramah ini mengajak kita menyelami dengan lebih jernih:

  • Apa akar dari perbedaan antara mazhab akidah seperti Asy’ariyah, Maturidiyah dan Salaf?
  • Mengapa sebagian isu ini muncul belakangan dan bukan di zaman Nabi ﷺ?
  • Bagaimana kita bisa bersikap dewasa dan tetap menjaga ukhuwah walau berbeda pandangan?

Di tengah dunia yang semakin bising dengan debat dan label, mari kita luangkan waktu untuk mendengar dengan hati dan pikiran terbuka. Karena bisa jadi... yang kita anggap berbeda, justru menyimpan titik temu yang indah.

📌 Ringkasan Isi Ceramah:

1. Nabi ﷺ Mengajarkan Strategi dan Hikmah dalam Merespons Isu

  • Contoh: Nabi tidak membangun kembali Ka'bah sesuai struktur Nabi Ibrahim karena khawatir akan menimbulkan salah paham di kalangan Quraisy yang baru masuk Islam.
  • Ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kondisi umat dalam menyampaikan kebenaran.

2. Isu Teologis Tidak Diperdebatkan oleh Quraisy

  • Quraisy tidak mempertentangkan konsep “Allah di langit” karena fitrah manusia menerimanya.
  • Perdebatan mendalam tentang sifat Allah baru muncul setelah masuknya filsafat Yunani dalam dunia Islam.

3. Masuknya Ilmu Kalam & Filsafat Yunani Memicu Perdebatan Baru

  • Konsep-konsep seperti “kalam nafsi”, “zat Tuhan”, dan lain-lain muncul sebagai reaksi terhadap filsafat.
  • Muncullah mazhab-mazhab seperti Mu’tazilah, lalu Asy’ariyah dan Maturidiyah sebagai upaya menjaga akidah.

SOALAN NON-MUSLIM SEPUTAR ISU-ISU DALAM AGAMA ISLAM

Mengapa Islam sering disalahpahami? Bagaimana kita menjelaskan agama ini kepada mereka yang ingin tahu?

Pertanyaan dari non-Muslim tentang Islam sering kali dilontarkan dengan niat ingin memahami, namun di sisi lain, bisa juga lahir dari salah faham atau mitos yang beredar luas. Dalam seminar yang dibawakan oleh Shahibus Samahah Dato' Prof. Dr. MAZA, isu-isu sensitif ini dikupas dengan teliti, penuh hikmah, dan berdasarkan dalil yang jelas, menjadikannya panduan penting bagi Muslim dan non-Muslim dalam memahami Islam yang sebenarnya.

Seminar ini menjawab pertanyaan-pertanyaan kritikal seperti:

  • Kenapa orang Islam sembah Ka'bah, dan apakah ini bentuk penyembahan berhala?
  • Peranan perempuan dalam masjid, dan kenapa ada peraturan tentang posisi mereka saat sholat.
  • Bolehkah non-Muslim masuk masjid, dan apakah Muslim boleh memasuki rumah ibadah agama lain seperti gereja atau kuil?
  • Mengapa perempuan Islam diwajibkan memakai hijab, dan apa makna di balik perintah ini?
  • Isu menyentuh anjing, yang sering menjadi perdebatan dan salah faham di masyarakat.
  • Bagaimana seorang mualaf berinteraksi dengan keluarganya yang non-Muslim, termasuk menjaga hubungan dengan orang tua mereka.
  • Mengapa Islam mengklaim dirinya sebagai agama yang paling benar, dan bagaimana menjelaskan keyakinan ini dengan hikmah.

Setiap isu ini dijawab dengan dalil yang kuat, logika yang jelas, dan penjelasan yang membuka mata. Seminar ini adalah alat penting untuk menjelaskan Islam dengan penuh hikmah kepada non-Muslim dan meluruskan salah faham yang sering terjadi.

Oleh : 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

BAGAIMANA ISLAM BERINTERAKSI DENGAN KEBERAGAMAN BANGSA

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

KETIKA ISLAM DAN KEBERAGAMAN BANGSA BERTEMU

🌍 Apakah Anda tahu, Islam tidak pernah mendasarkan kemuliaan manusia pada suku, warna kulit, atau keturunan. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa perbedaan yang Allah ciptakan adalah untuk saling mengenal dan memperkaya peradaban.

MASJID & PERANANNYA DALAM MEMBANGUNKAN UMMAH

Ceramah telah diadakan di Masjid al Alkaff, Kg Melayu, Bedok, Singapura.

Oleh: 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis