Kematian seorang pemimpin besar biasanya menandakan berakhirnya sebuah perjuangan. Namun, ketika Rasulullah ﷺ wafat pada 12 Rabi‘ul Awwal, justru dari peristiwa itu lahirlah kebangkitan yang lebih besar. Abu Bakr al-Ṣiddīq r.a. mengingatkan para sahabat dengan ayat Al-Qur’an, bahwa Nabi hanyalah Rasul, sementara agama ini adalah milik Allah ﷻ yang hidup dan tidak pernah mati.
Dalam sebuah tadzkirah berjudul “Legasi Cinta Rasul”, Prof. Dato’ Dr. MAZA menguraikan:
-
Bagaimana fitrah manusia selalu mencari Tuhan, dan hanya wahyu yang dapat menuntun pencarian itu.
-
Perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ, dari penentangan di Mekah, hijrah ke Madinah, hingga penaklukan Mekah yang penuh dengan pemaafan.
-
Legasi besar Nabi ﷺ berupa Al-Qur’an dan Sunnah, yang menjadi panduan umat hingga akhir zaman.
-
Kecintaan sahabat yang luar biasa, mencintai Nabi ﷺ lebih dari diri mereka sendiri.
-
Relevansi ajaran dan teladan Rasulullah ﷺ dalam menghadapi cabaran umat Islam modern: kepemimpinan, keluarga, perjuangan, dan akhlak.
Di akhir tadzkirah, Prof. MAZA menegaskan bahwa cinta sejati kepada Rasulullah ﷺ bukanlah slogan atau sekadar perayaan, melainkan ketaatan penuh terhadap ajaran beliau. Inilah cinta yang akan menjadi cahaya dalam hidup dan penyelamat di akhirat.
🌸 Tadzkirah ini bukan sekadar mengenang, tetapi ajakan untuk menghidupkan cinta Rasul dalam kehidupan sehari-hari, agar warisan beliau tetap menyala dalam hati setiap Muslim.
Berikut rangkumannya: