ISLAM MENGIMBANGI ANTARA SYARIAH DAN ADAT

Seminar Penerangan Isu-isu Fatwa Negeri Perlis dan Majlis Ilmuwan Nusantara (Malaysia, Indonesia, Thailand, Kamboja dll), Tarikh 2025
 
Panelis: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis - Arsip 10/2025.

Adat dan budaya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia membentuk identitas suatu kaum, melahirkan bahasa, seni, pakaian, dan cara hidup yang khas. Namun di sisi lain, syariah Islam hadir sebagai panduan ilahi yang memayungi seluruh dimensi hidup manusia, dari akidah, ibadah, hingga akhlak.

Sering muncul pertanyaan: bagaimana posisi adat di hadapan syariah? Apakah adat mesti ditolak mentah-mentah karena dianggap “bukan Islam”, atau justru bisa diterima sepenuhnya?

Jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak. Islam mengajarkan keseimbangan: adat boleh dipelihara selama selaras dengan syariah, adat harus ditolak bila bertentangan dengan akidah dan hukum Allah, dan adat yang bercampur dengan unsur batil perlu dimurnikan. Kaidah fiqh klasik bahkan menegaskan, “al-‘ādah muḥakkamah” – adat dapat menjadi dasar hukum, asalkan tidak menyalahi syariat.

Inilah keindahan Islam: ia tidak menafikan realitas sosial, melainkan menempatkannya dalam kerangka wahyu. Sebagaimana Al-Qur’an menyebutkan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. al-Ḥujurāt: 13)

Melalui pandangan ini, jelaslah bahwa Islam tidak anti-budaya. Ia hadir untuk memandu umat manusia agar menghargai tradisi yang baik, meninggalkan tradisi yang menyesatkan, dan memperbaiki tradisi yang bercampur antara kebaikan dan keburukan. Dengan cara inilah, syariah dan adat berjalan seiring, membentuk wajah Islam yang penuh rahmat, relevan, dan bijaksana dalam kehidupan Nusantara maupun dunia.